Nationalgeographic.co.id—Zealandia adalah benua yang hilang di dasar laut. Namun, para ilmuwan berhasil mengidentifikasinya pada 2017. Sebagian besar benua tersebut tersembunyi di bawah laut sedalam lebih dari satu kilometer, dan lebih dari 90 persen di lereng benua.
Berdasarkan analisis baru dari pengeboran di dasar laut sekitar Zealandia, peneliti mengungkapkan adanya kegiatan tektonik pada benua yang berada di sekitar cincin api ini. Perubahan terjadi secara tiba-tiba sekitar 35 juta dan 50 juta tahun yang lalu.
Ruppert Sutherland, seorang ahli geofisika dari Universitas Victoria Te Herenga Waka Wellington, dan Gerald Dickens dari Rice University, Texas, melaporkan hasil analisisnya. Mereka mengungkapkan bahwa ketika proses tabrakan kontinental—yang disebut sebagai subduksi—terjadi bagian barat pasifik, bagian utara benua Zealandia ikut naik setinggi satu kilometer. Tetapi di bagian-bagian lain mengalami penurunan dengan jumlah yang sama.
Perubahan dramatis subduksi di Utara Zealandia tepat pada tekukan lapisan batuan, dan pembentukan gunung vulkanik di bawah laut di seluruh Pasifik barat.
Hasil sampel pada ekspedisi pertama pada 1972 di sekitar Australia, Selandia Baru, dan Kaledonia baru menunjukan hasil kekuatan tektonik telah meregangkan dan menipiskan kerak benua Zealandia. Akibatnya, benua ini terpisah dari benua besar raksasa kuno, Gondwana, pada 85 juta tahun yang lalu.
“Kita tahu Ring of Fire terbentuk sekitar 50 juta tahun yang lalu, tetapi prosesnya tetap menjadi misteri. Kami mengusulkan "peristiwa subduksi pecah", sebuah proses yang mirip dengan gempa besar yang bergerak menyebar secara di seluruh Pasifik Barat pada waktu itu,” tulis Ruppert dan Gerald.
Baca Juga: Temuan Fosil Stegodon trigonocephalus di Sumedang Siap Direkonstruksi
Pada 2017, Ruppert dan Gerald memimpin Ekspedisi 371 sebagai bagian dari Program Penemuan Lautan Internasional (IODP) dengan 32 ilmuwan lainnya. Ekspedisi ini bertujuan mengungkap benua Zealandia yang berbeda dari benua lain.
Konsep mengenai “pengangkatan subduksi” adalah gagasan baru yang dapat membantu memahami pengamatan geologis yang berbeda. Peristiwa pecahnya subduksi termasuk fenomena geologis yang unik dan tidak memiliki perbandingannya saat ini.
Bukti baru dari analisis mengenai Zealandia menunjukan bahwa peristiwa tersebut secara dramatis dapat mengubah geografi.
“Apa konsekuensi dari perubahan geografis ini untuk tanaman, hewan dan iklim regional? Bisakah kita membuat model komputer dari proses geologis yang terjadi di kedalaman? Kami masih mencari tahu beberapa dari ini, tapi kami tahu peristiwa itu mengubah arah dan kecepatan pergerakan lempeng tektonik di Bumi,” tulis Ruppert dan Gerald.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR