Nationalgeographic.co.id - Serangan jantung terjadi ketika otot jantung tidak mendapatkan cukup pasokan darah segar kaya oksigen. Akibatnya, jantung akan mengalami penurunan fungsi akibat kekurangan oksigen.
Walaupun jarang, serangan jantung juga dapat disebabkan oleh adanya penyempitan pada arteri koroner yang menghambat aliran darah. Selain itu, serangan jantung juga dapat terjadi karena adanya robekan di arteri jantung (pemotongan arteri koroner secara spontan).
Baca Juga: Sedang Kesal atau Sedih? Konsumsi Makanan Peningkat Mood Berikut
Di luar penyebab serangan jantung di atas, para pakar juga mengatakan bahwa masih ada beberapa penyebab tidak terduga yang dapat memicu terjadinya serangan jantung.
Lantas, apa saja penyebab tak terduga dari serangan jantung?
Psoriasis
Psoriasis adalah penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan kulit kronis. Peradangan berupa bercak merah pada kulit kering yang disertai dengan sisik berwarna abu-abu.
Meski tergolong sebagai penyakit kulit, tapi psoriasis juga bisa menjadi penyebab serangan jantung yang tidak terduga.
Penelitian mengungkapkan bahwa risiko serangan jantung pada orang yang memiliki psoriasis meningkat hingga 2-3 kali lipat. Pasalnya, peradangan akibat psoriasis juga dapat merusak arteri jantung dari dalam, yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan risiko serangan jantung dan stroke.
Sementara itu, orang dengan psoriasis memiliki kecenderungan terhadap kolesterol tinggi, obesitas, dan diabetes. Ketiga hal ini juga membahayakan kesehatan jantung Anda.
Polusi udara
Seperti yang kita ketahui selama ini, polusi udara berdampak terhadap banyak gangguan kesehatan, termasuk penyakit jantung. Sebuah penelitian menemukan bahwa terpapar polusi udara dapat memperburuk kadar gula darah, kolesterol, dan faktor risiko penyakit jantung lainnya.
Tidak hanya itu, penelitian lain mengungkapkan bahwa polusi udara dapat mengurangi kolesterol HDL.
Hal ini tidak hanya berdampak pada orang lanjut usia, tapi juga terhadap orang muda. Paparan polusi udara berlebih dapat menyebabkan kerusakan dan pembengkakan pembuluh darah.
Terlalu sering minum obat pereda nyeri NSAID
NSAID adalah obat pereda nyeri yang digunakan untuk mengobati demam, peradangan, keseleo, sakit kepala, migrain, hingga dismenore (nyeri kram menstruasi). Contohnya adalah aspirin dan ibuprofen.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Infectious Diseases mengungkapkan bahwa orang yang sering menggunakan obat NSAID untuk mengobati infeksi pernapasan memiliki peningkatan risiko serangan jantung hingga 3,4 kali lipat.
Penyebabnya belum diketahui, tetapi menurut seorang pakar jantung, obat ini dapat meningkatkan risiko perdarahan yang dapat memungkinkan peningkatan penggumpalan darah berbahaya di arteri jantung.
Obat NSAID juga bisa meningkatkan tekanan darah, dan menyebabkan retensi cairan. Namun hal ini jarang terjadi.
Untuk itu, hindari mengonsumsi obat NSAID terutama jika Anda berusia lebih dari 50 tahun, atau memiliki faktor risiko hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, atau seorang perokok aktif.
Nyeri bahu
Penelitian melaporkan bahwa seseorang yang memiliki nyeri bahu berisiko tinggi terkena penyakit jantung. Selain itu, orang yang memiliki faktor risiko penyakit jantung juga hampir enam kali lebih mungkin memiliki kondisi bahu seperti rotator cuff tendonitis atau pembengkakan tendon yang menempel pada otot tendon rotator cuff ke tulang lengan.
Berdasarkan penelitian tersebut, terdapat 36 peserta yang memiliki faktor risiko penyakit jantung seperti hipertensi, kolesterol tinggi, dan diabetes. Mereka berisiko lima kali lebih mungkin mengalami nyeri sendi ketimbang orang-orang yang tidak memiliki faktor risiko.
Namun, penelitian ini masih dalam jangkauan kecil sehingga memerlukan penelitian tambahan untuk membuktikan sebab dan akibat dari hal ini.
Baca Juga: Jamur Shiitake dan Lima Manfaatnya Bagi Kesehatan Tubuh
Suara keras
Selain mengganggu pendengaran, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa suara keras dapat berakibat buruk bagi jantung.
Penelitian lain mengatakan bahwa seseorang yang sering terpapar suara keras memiliki risiko gangguan kesehatan lebih tinggi, seperti gagal jantung, irama jantung tidak teratur, hipertensi, kolesterol tinggi, dan kadar gula darah tinggi.
Kebisingan meningkatkan hormon stres yang pada akhirnya dapat meningkatkan tekanan darah—bahkan saat Anda sedang tidur. Hal ini menyebabkan kerusakan pembuluh darah yang berisiko terhadap serangan jantung.
Source | : | Kompas.com,Hello Sehat |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR