Nationalgeographic.co.id - Konsep umum untuk memperlambat penyebaran virus corona disebut “flatten the curve” atau perataan kurva oleh para epidemiolog, para ahli yang mempelajari seberapa sering penyakit terjadi pada populasi berbeda dan alasannya penyakit terjadi. Istilah ini telah menyebar luas di media sosial karena publik didorong untuk mempraktikkan “social distancing” atau menjaga jarak sosial (jarak 1-2 meter antarindividu di satu lokasi).
Tapi bagaimana cara menjaga jarak sosial membantu meratakan kurva? Kami dapat menjelaskannya dengan merujuk pada apa yang disebut “pertumbuhan eksponensial” oleh matematikawan.
Pada tahap awal epidemi, ketika sebagian besar orang rentan terhadap infeksi, ahli matematika dapat memodelkan penyebaran suatu penyakit dari orang ke orang lainnya sebagai proses percabangan acak.
Jika satu orang yang terinfeksi menulari rata-rata dua orang lainnya, jumlahnya orang yang terinfeksi akan menjadi dua kali lipat tiap prosesnya. Pelipatgandaan ini biasa dikenal sebagai pertumbuhan eksponensial.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Virus Baru yang Menginfeksi Organisme Bersel Tunggal
Tentu saja, seorang yang terinfeksi tidak pasti akan menulari orang lain. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemungkinan penularan penyakit. Pada masa pandemi, laju pertumbuhan penyakit bergantung pada jumlah rata-rata orang yang dapat menginfeksi orang lain dan waktu yang dibutuhkan orang-orang tersebut untuk tertular.
Penelitan menyatakan jumlah kasus COVID-19 yang terkonfirmasi terus mengalami peningkatan eksponensial secara global dengan angka penggandaan tiap enam hari.
Model pertumbuhan eksponensial sangat menggambarkan realitas ketika dimulai dengan sejumlah kecil orang yang terinfeksi dalam sebuah populasi besar, seperti ketika kasus virus yang pertama kali muncul di Wuhan atau ketika virus ini muncul di Italia dan Iran.
Tapi ini bukanlah sebuah model yang baik ketika sudah banyak orang yang telah terinfeksi. Ini karena kemungkinan seorang yang terinfeksi melakukan kontak dengan orang yang rentan tertular menurun, karena ada lebih sedikit orang yang rentan di sekitarnya dan juga semakin banyaknya orang yang pulih dan telah mengembangkan sistem kekebalan tubuh yang mereka punyai.
Akhirnya, kemungkinan orang yang terinfeksi dan melakukan kontak dengan orang yang rentan menjadi rendah dan membuat laju infeksi menurun dan mengarah pada lebih sedikitnya kasus baru yang bahkan dapat berujung pada berakhirnya penyebaran virus.
Otoritas kesehatan di seluruh dunia tidak dapat sepenuhnya mencegah penyebaran COVID-19. Jika kasus berlipat ganda tiap enam hari, maka rumah sakit, juga unit perawatan intensif (ICU) pada umumnya, akan cepat kewalahan dan membuat pasien tidak mendapatkan perawatan yang dibutuhkan.
Kendati demikian, laju pertumbuhan penyakit ini dapat diperlambat dengan mengurangi jumlah kasus rata-rata yang muncul karena tertular oleh satu kasus.
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR