Pada 1847, Semmelweis menerapkan wajib cuci tangan kepada para mahasiswa dan dokter yang bekerja untuknya di Vienna General Hospital. Bukan dengan sabun, Semmelweis menggunakan larutan kapur diklorinasi karena itu dapat menghilangkan bau pembusukan mayat yang menempel pada tangan dokter. Beberapa staf rumah sakit mulai membiasakan diri membersihkan tangan mereka dan tingkat kematian di bangsal bersalin yang dikelola dokter menurun drastis.
Pada musim semi tahun 1850, Semmelweis naik ke atas panggung Vienna Medical Society yang bergengsi, kemudian berbicara tentang kebaikan mencuci tangan pada kerumunan dokter. Namun, terorinya ditolak oleh komunitas medis, yang mempertanyakan sains dan logikanya.
Menurut sejarawan, rekan sejawat Semmelweis menolak teorinya karena merasa disalahkan atas kematian pasien-pasien mereka. Meskipun terbukti menurunkan angka kematian, tapi Vienna Hospital kembali meninggalkan kewajiban cuci tangan.
Tahun-tahun berikutnya semakin sulit bagi Semmelweis. Dia meninggalkan Wina dan pergi ke Pest di Hongaria, di mana dia juga bekerja di bangsal bersalin. Semmelweis menyosialisikan praktik cuci tangannya di sana. Dan seperti di Wina, itu secara drastis mengurangi tingkat kematian ibu baru. Meski begitu, kesuksesan Semmelweis dalam menyelamatkan banyak nyawa masih tidak diterima beberapa pihak.
Semmelweis kemudian mempublikasikan artikel tentang mencuci tangan pada tahun 1858 dan 1860, dilanjutkan dengan merilis sebuah buku setahun kemudian. Lagi-lagi, teorinya masih belum dianut oleh lembaga medis. Bukunya banyak dikecam oleh para dokter yang mengajukan teori-teori lain terkait demam persalinan.
Penebusan para dokter
Pada tahun 1867, dua tahun setelah kematian Semmelweis, ahli bedah Skotlandia, Joseph Lister juga menganjurkan gagasan membersihkan tangan dan instrumen bedah untuk menghentikan penyakit menular. Gagasannya ini sempat mendapat kritik juga, tapi pada 1870-an, para ahli medis mulai membersihkan tangganya sebelum melakukan operasi.
Tak lama kemudian, banyak orang mulai mengenali tulisan Semmelweis sebelumnya yang membahas tentang cuci tangan. Krya Semmelweis itu kemudian mengarahkan pada pengembangan teori kuman Louis Pasteur, yang mengubah cara dokter merawat pasien mereka dan menyelidiki penyebab dan penyebaran penyakit.
Baca Juga: Orang Belanda Juga Gemar Minum Jamu dan Meneliti Khasiat Kegunaannya
Setelahnya, para ahli bedah secara rutin mencuci tangannya. Namun, pentingnya praktik kebersihan tersebut baru menjadi hal universal lebih dari satu abad kemudian. Pada 1980-an, cuci tangan resmi masuk ke dalam pedoman kesehatan Amerika.
Lebih dari seabad setelah teori Semmelweis diejek, Medical University of Budapest mengubah namanya menjadi Universitas Semmelweis, untuk menghormati kegigihannya yang tanpa tanda jasa untuk meningkatkan layanan kesehatan melalui kebersihan.Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | Nina Strochlic/National Geographic |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR