Nationalgeographic.co.id - Dengan tinggi mencapai 180 sentimeter, Dave Hersch hanya memiliki berat badan 39 kilogram. Pemuda dari Dej, Hungaria, yang kala itu masih berusia 19 tahun tersebut, telah dicambuk, kelaparan, dan dipaksa memindahkan lusinan batu seberat 20 kilogram setiap harinya oleh anggota Nazi.
"Kamp konsentrasi yang ditempatinya adalah Mauthausen. Tempat ini menginginkan tawanan yang ada di sana bekerja hingga meninggal," cerita Jack J. Hersch, anak dari Dave, bertahun-tahun setelah peristiwa Holocaust.
Namun, meski kondisi fisiknya dalam keadaan tidak baik, tapi Dave masih memiliki kekuatan dan kemauan untuk melarikan diri dari kekejaman Nazi hingga dua kali.
Baca Juga: Ekspedisi Rahasia Hitler ke Antartika Demi Mencari Bahan Baku Margarin
Seperti yang diceritakan dalam buku Jack yang berjudul Death March Escape: The Remarkable Story of a Man Who Twice Escaped the Nazi Holocaust, itu merupakan April 1945 ketika Dave dipaksa mengikuti 'barisan kematian' dan menempuh perjalanan 34 mil dari kamp Mauthausen di Austria menuju Gunskirchen. Jalur yang dilewati begitu berat sehingga 750 tawanan diharapkan akan tewas karenanya.
"Mengetahui bahwa perang sudah berakhir, Nazi ingin orang-orang Yahudi meninggal," ujar Jack.
"Membunuh 20 ribu orang di kamar gas bukan hal sepele. Menurut mereka, lebih mudah memaksa orang-orang Yahudi untuk berjalan jauh dan membiarkan mereka mati saat melakukannya," imbuhnya.
Di persimpangan, biasanya para tawanan akan dipaksa jalan lurus. Namun, Dave yang tertinggal di belakang, berbelok ke kanan. Dia mengambil jas hujan yang terjatuh di tanah, kemudian menggunakannya untuk menyatu dengan kerumunan orang.
"Ayah saya pasti telah melakukan perhitungan sebelum mengambil risiko berbelok ke kanan," cerita Jack.
Namun, kebebasannya hanya berlangsung sementara ketika seorang wanita yang dianggap bisa menyelamatkannya ternyata malah melaporkan Dave ke anggota Schutzstaffel (SS–organisasi militer besar milik Partai Nazi Jerman).
Dave kemudian kembali ke kamp Mauthausen, sebelum mengikuti pawai kematian kedua kalinya ke Gunskirchen. Di persimpangan yang sama, Dave terlalu lemah untuk mengikuti barisan. Ia pun beristirahat di sisi jalan. Ketika anggota SS melihat Dave, mereka meletakkan pistol di belakang lehernya.
Dinginnya pistol menyadarkan Dave. Ia pun langsung bangun dan mengikuti barisan. Ketangguhan Dave itu yang mungkin membuat polisi SS akhirnya melepaskannya.
Namun, ketika melihat jalur kecil yang berfungsi sebagai jalan pintas ke stasiun, Dave tanpa ragu mengambilnya. "Ayah saya menempuh jalur itu dan tidak ada yang melihatnya," kata Jack.
"Ia menemukan mayat pria, mengambil bajunya, kemudian tidur di bawah semak-semak," tambah Jack.
Baca Juga : Siapakah Pilot Kamikaze Pertama Jepang dan Bagaimana Sejarah Kamikaze?
Keesokan pagi, Dave bertemu dengan pasangan Austria yang membantu menyembunyikannya di rumah mereka. Tiga minggu kemudian, pasangan tersebut berkata kepada Dave: "Perang sudah berakhir. Kamu bebas untuk pergi". Ia pun berjalan ke kota dan bertemu dengan petugas medis Amerika.
Pada 1958, Dave meninggalkan Eropa dan pergi ke Amerika. Ia kehilangan ibu dan empat saudaranya saat Holocaust. Dave menikahi istrinya, Rachel, pada 1955, dan memiliki dua anak. Ia meninggal di usia ke-76 pada 2001.
Source | : | New York Post |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR