Nationalgeographic.co.id - Semenjak kekalahan Nazi pada Perang Dunia II, banyak penyelidikan mengenai suasana di kawasan kamp konsentrasi Nazi di Pulau Alderney, Inggris. Pulau kecil ini memang pernah menjadi kamp kerja paksa.
Dilansir dari IFL Science, akeolog dari Staffordshire University baru-baru ini menguak desas-desus tersebut menggunakan survei geofisika, LiDAR (teknologi optik pendeteksi jarak jauh yang umumnya untuk mendeteksi permukaan), foto-foto pengintaian udara, dan catatan sejarah untuk membuat peta Sylt secara rinci pada Perang Dunia II.
Baca Juga: Bagaimana Manusia Selamat Dari Letusan Gunung Berapi Toba Purba?
Berdasarkan catatan dari Nazi’s Schutzstaffel (SS), diketahui terdapat 103 orang meninggal selama menduduki Alderney. Namun, sumber lain menyebutkan bahwa ada sekitar 700 orang yang tewas di pulau terpencil tersebut.
Penelitian tersebut menyebutkan bahwa kamp konsentrasi tersebut mengalami perkembangan yang cepat dalam ukuran dan kapasitas. Sebelumnya, kamp tersebut hanya menampung beberapa ratus pekerja dan tahanan. Namun, saat berada di bawah kuasa SS pada 1933, kamp tersebut berkembang lebih kompleks.
Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan pada Antiquity, diketahui bahwa barak sangat sempit dan blok toiletnya berukuran kecil. Kondisi kamp yang buruk mengakibatkan beberapa tawanan terjangkit tipus. Selain itu, muncul pula wabah yang disebabkan oleh kutu dan tungau yang menewaskan sekitar 200 orang.
Temuan ini diperkuat dengan pengakuan salah satu mantan tahanan yang dikutip oleh banyak peneliti.
“Di barak saya, ada sekitar seratus lima puluh orang, atau lebih. Kami mengenakan selimut jerami, dan sepanjang waktu di Alderney kami diserang kutu,” ungkap peneliti berdasarkan transkrip dari mantan tahanan kamp.
Baca Juga: Homo antecessor, Manusia Purba Kanibal Tertua Berusia 800 Ribu Tahun
Temuan ini juga menyoroti perbedaan antara jenis-jenis bangunan di kamp. Sebagian besar fasilitas tahanan yang sempit dibangun dengan buruk dan menggunakan kayu. Sebaliknya, kandang kuda penjaga SS dibangun dengan mewah dan pondasi kokoh.
Fitur yang membingungkan para peneliti adalah adanya terowongan dengan penerangan listrik yang bergerak dari dalam pemandian penjaga menuju luar kamp. Banyak yang menduga terowongan tersebut digunakan untuk menyelundupkan perempuan ke rumah bordil kamp.
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR