Nationalgeographic.co.id - Para ilmuwan dikejutkan dengan penemuan beberapa buaya purba yang diduga bergerak dengan dua kaki. Bukti ini berasal dari jejak fosil yang terpelihara dengan indah di Korea Selatan.
Jejak sepanjang 18-24 cm tersebut tersisa dalam sedimen berlumpur yang mengelilingi sebuah danau. Diperkirakan berasal dari 110-120 juta tahun lalu.
Tim internasional di balik penemuan mengatakan mungkin bukti itu akan menantang persepsi kita tentang buaya.
"Orang-orang cenderung menganggap buaya sebagai binatang yang tidak banyak berbuat; mereka hanya bermalas-malasan sepanjang hari di tepi Sungai Nil atau di sebelah sungai di Kosta Rika. Tidak ada yang berpikir bahwa ia bipedal dan dapat berjalan seperti burung unta atau T. rex," ungkap Martin Lockley, seorang profesor emeritus di University of Colorado, AS, kepada BBC (11/06/2020).
Baca Juga: Penemuan-Penemuan Peradaban Sumeria Kuno yang Mengubah Dunia
Pengakuan keberadaan makhluk itu semata-mata bersandar pada cetakan fosil itu sendiri. Terlihat mirip dengan yang dibuat oleh Batrachopus crocs yang hidup puluhan juta tahun sebelumnya di Jurassic, namun kali ini lebih besar.
"Kita bisa melihat semua digit, semua tonjolan di kulit--sama seperti jika Anda melihat tangan Anda," jelasnya.
"Mereka meletakkan satu kaki di depan yang lain; mereka bisa melewati tes ketenangan berjalan pada garis lurus. Dan tidak ada jejak kaki di bagian depan," ucap Lockley saat menfasirkan hewan purba itu bipedal.
Jejak yang dibuat oleh tumit juga mendukung gagasan postur yang lebih tegak, kata ketua tim Prof Kyung Soo Kim dari Universitas Pendidikan Nasional Chinju Korea Selatan.
"Ketika dikombinasikan dengan kurangnya tanda seret ekor, menjadi jelas bahwa makhluk ini bergerak secara bipedal. Mereka bergerak dengan cara yang sama seperti banyak dinosaurus, tetapi jejak kakinya tidak dibuat oleh dinosaurus. Dinosaurus dan keturunan burung mereka berjalan di jari kaki mereka. Buaya berjalan di atas telapak kaki mereka meninggalkan jejak tumit yang jelas, seperti manusia," katanya pada BBC.
Source | : | BBC |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR