Nationalgeographic.co.id—“Bagi pembuat film, setiap scene memiliki arti dan konsep,” kata Joko Anwar. “Jadi setiap kali kita shoot satu scene, seluruh detail seharusnya dapat terekam dengan jelas dan jernih. Detail-detail kecil ini sering banget berpengaruh sama alur dan konsep cerita.”
Joko Anwar merintis karyanya di dunia sinematografi Indonesia dalam film Biola Tak Berdawai yang rilis pada 2003. Ketika itu ia sebagai asisten sutradara. Pada tahun berikutnya, untuk pertama kalinya dia mendapat nominasi Skenario Terbaik Festival Film Indonesia. Sejak saat itu dia kerap mendapatkan nominasi dalam Festival Film Indonesia.
Pada 2017 dia kembali mendapat nominasi sebagai Sutradara Terbaik Festival Film Indonesia untuk filmya yang bertajuk Pengabdi Setan. Sepanjang 2019, Joko merilis dua film yang disutradarainya. Pertama, Gundala yang mendapatkan Nominasi Skenario Adaptasi Terbaik Festival Film Indonesia 2019. Film keduanya, Perempuan Tanah Jahanam.
Sehari-hari dia menggunakan gawai cerdas yang memiliki kamera dengan kemampuan merekam video dalam resolusi 8K, Samsung Galaxy S20. Setiap detailnya pun dapat terekam dengan jelas. “Kemampuan gawai cerdas itu sangat berguna saat proses editing,” imbuhnya. “Sering kali kita ingin melakukan cropping, atau bahkan focus pada satu detail supaya hasilnya lebih dramatis.”
Baca Juga: Ayo, Cari Tahu Fitur Tersembunyi di Gawai Cerdas Terbaru!
Fitur “8K Snap” juga memudahkannya untuk mengambil potongan-potongan adegan. Rekaman potongan adegan itu ia gunakan untuk diskusi dengan timnya. Dalam pembuatan film pendek, resolusi video merupakan salah satu aspek yang krusial dalam menentukan kualitas film secara keseluruhan. Gawai cerdasnya telah dilengkapi dengan kemampuan merekam video hingga kualitas 8K yang memiliki resolusi sebesar 7.680 x 4.320 piksel—setara dengan 33 juta piksel.
Biasanya pembuat film menggunakan perangkat tambahan berupa gimbal untuk mendapatkan hasil video yang stabil dan minim guncangan. Dengan kecanggihan yang dibawa oleh gawai cerdasnya, Joko pun mampu mengambil video dengan stabil.
“Tidak perlu repot-repot lagi,” ujarnya. Fitur kestabilan itu “sangat membantu saya dalam proses pengambilan video di medan yang menantang dengan hasil yang maksimal,” imbuhnya.
Peranti gawai cerdas itu juga menawarkan berbagai inovasi yang memudahkan Joko untuk mengambil gambar dan video dalam keadaan minim cahaya.
“Cahaya merupakan salah satu aspek dalam pembuatan film yang sangat penting untuk diperhatikan,” ujarnya. “Sering kali kita dihadapkan pada kondisi pencahayaan di lokasi pengambilan gambar atau video yang tidak sesuai dengan ekspektasi kita.”
Baca Juga: Carilah 'Pendamping Hidup' Demi Mendukung Ekspresi dan Minat
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR