Nationalgeographic.co.id—Air merupakan sumber energi untuk kehidupan kita yang kondisinya sedang memprihatinkan. "80% sungai kita dalam kondisi kritis. Sementara kita membutuhkan hidup dari sungai kita. Diskusi ini mengubah pradigma lama bahwa alam tidak akan selamanya memberikan sumber energi jika kita tidak bijak mengelola sumber daya alam," kata Didi Kaspi Kasim, Editor in Chief National Geographic Indonesia saat membuka acara Berbagi Cerita Upaya Memuliakan dan Melestarikan Air.
Berbagai referensi menyatakan bahwa keberadaan air sangatlah penting. Bahkan dalam bernegara diatur pemakaianya supaya kita bisa meminimalisasi dampak lingkungan yang ada.
Bahkan dari skala dunia pun diakui bahwa air adalah sumber kehidupan yang harus dikembangkan melalui nilai-nilai Milleniun Depevelopment Goals dan Sustainable Development Goals.
Namun di Indonesia, menurut Muhammad Syahril Badri Kusuma, Guru Besar Teknik Sumber Daya Air ITB, secara sosial pemanfaatan air di sungai masih minim caring capacity. Penting untuk menyeimbangkan pemanfaatan sungai untuk keperluan manusia dan kepentingan mahluk hidup lainya.
Maka itu diperlukan rencana yang sesuai kemampuan untuk menjaga lingkungan bersama.
"Untuk air yang sudah krisis kita susun rencana restorasi yang sesuai kemampuan kita. Bagaimana mengembangkan suatu aktivitas yang kita inginkan dan secara bersamaan kita jaga lingkungan. Biasanya ada tahapan darurat, kita bersihkan sungai, tata ulang, kemudian ubah sedikit demi sedikit secara sistematis," kata Syahril.
Baca Juga: Kopi Kang dan Budidaya Maggot, Upaya Unik Warga Jawa Barat Jaga Kelestarian Lingkungan
Rachmat Fajar, Peneliti LIPI Bidang Hidrogeologi mengatakan bahwasanya air tanah merupakan komponen sumber air yang sering dilupakan. Alasan banyak daerah yang kekeringan, menurutnya karena air bakunya belum merata.
Ketika kita tidak peduli dengan air tanah maka bencana akan mengikuti. Iritnya, aktivitas manusia mengakibatkan bencana seperti pencemaran air tanah, instrusi air laut, dan dampak lainya.
Untuk itu, teknologi merupakan hal yang penting untuk menanggapi kurangnya air tanah. "Tetapi banyak teknologi butuh biaya yang sangat besar. Di situlah peran pemerintah," kata Fajar.
Banjir dan kekeringan menurut Asep Atju Surahmat M, Senior Raw Water Specialist USAID IUWASH Plus Project bukanlah sebuah bencana. Tetapi kesalahan manusia yang salah mengelola dan mengatur sumber daya air. Seperti yang terjadi di Jakarta.
Baca Juga: Gunung Api Purba yang Menuntaskan Dahaga
"Krirs air adalah distribusi. Bagaimana kita menjaga siklus air supaya air hujan bisa masuk ke dalam tanah dan memperkaya cadangan air tanah," kata Asep.
Sementara itu, Coca-Cola sebagai perusahaan yang membutuhkan air untuk produksi. Melakukan managemen pengelolaan air dengan pola big drop dan small drop.
"Big drop dan small drop esensinya pengmbalian air. Kami melihat ada beberapa tipe kegiatan sebagai big drop dan small drop. Big drop memerikan nilai pegembalian yang tinggi secara masif. Sehingga angkanya bisa kita catat. Sementara small drop bagaimana kegiatan pelestarian air tapi juga pemberian akses air kepada masyarakat," kata Triyono Prijosoesilo, Wakil Ketua Pelaksana Coca-Cola Foundation Indonesia.
Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI) merupakan organisasi yang bergerak di pelaksanaan kegiatan sosial masyarakat. Salah satu fokusnya adalah memberikan akses air kepada masyarakat.
Sejak tahun 2010, Triyono mengatakan bahwa sudah lebih dari 10 juta manusia berdampak dari akses air yang diberikan oleh Coca-Cola. Lalu 155% air yang sudah dikembalikan untuk kepentingan alam.
Source | : | Berbagi Cerita NGI |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR