Pertama, pada dasarnya, hujan es adalah fenomena alami dan biasa yang dapat terjadi di wilayah manapun di bumi ini. Jelas berbeda dengan hujan salju yang hanya bisa terjadi di wilayah lintang lebih dari 23,5 derajat.
Kepala Bidang Manajemen Observasi Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) Hary Tirto Djatmiko mengatakan, hujan es bisa terjadi dalam dua kondisi. Pertama, pada masa pancaroba yang disertai angin kencang. Kedua, hujan dengan perbedaan suhu yang besar dalam satu hari.
Baca Juga: NASA Bingung dengan Munculnya Garis-Garis Geologi Aneh di Rusia
Perbedaan kedua, "kalau hujan es disebabkan oleh awan cumulonimbus, salju disebabkan oleh awan nimbostratus," ujar Hary seperti dikutip dari Kompas.com.
Hary menjelaskan, awan jenis cumulonimbus lebih banyak mengandung air dalam bentuk padat daripada cair. Oleh karena itu, hujan yang turun bisa dalam bentuk padat. Tidak hanya berpotensi menyebabkan hujan es, awan cumulonimbus juga bisa menyebabkan hujan lebat disertai angin kencang dan petir.
Perbedaan ketiga, hujan es memiliki durasi yang lebih singkat daripada hujan salju karena hujan es dipengaruhi oleh intensitas hujan. Selain itu, Hary menambahkan, kondisi es yang beku dari hasil hujan es juga akan bertahan sebentar di permukaan bumi. Paling lama bertahan selama sepuluh menit.
Tak lama setelah es jatuh dari langit, dia akan segera mencair. Adapun salju bisa tahan lebih lama di permukaan tanah karena suhu daratan yang sangat rendah.
Jadi ketika Anda merasa pernah terkena jatuhan hujan es tapi Anda gagal menemukan keberadaan es itu, bisa jadi es tersebut memang sudah mencair dan bercampur dengan air hujan lainnya di tanah.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR