Nationalgeographic.co.id—Catur merupakan salah satu permainan tertua di dunia, jika bukan satu-satunya yang paling tua. Sejarah mencatat, permainan catur sudah mulai ada sejak abad ke-6 Masehi.
Catur diyakini pertama kali muncul di India pada masa pemerintahan raja-raja Gupta. Dikutip dari Encyclopaedia Britannica, permainan catur moder saat ini berasal permainan perang yang disebut chaturanga di India tersebut.
Nama chaturangan berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti formasi perang. Nama ini muncul dalam epik India Mahabharata.
Chaturanga semakin berkembang subur di barat laut India pada abad ke-7 Masehi dan dianggap sebagai pendahulu catur modern paling awal karena memiliki dua ciri utama yang ditemukan di semua varian catur selanjutnya. Pertama, permainan ini memiliki bidak-bidak yang berbeda dengan kekuatan yang berbeda. Kedua, kemenangan dalam permainan ini didasarkan pada kondisi satu bidak, yakni bidak raja seperti catur modern.
Kompas.com menyebut, permainan catur ini mulanya menyebar dari Asia (India) ke Timur Tengah. Di Arab, catur menjadi permainan yang populer, bahkan diyakini sebagai permainan favorit pada masa tiga khalifah. Permainan ini disebut dimainkan oleh sahabat-sahabat Nabi Muhaammad, dan dipakai sebagai inspirasi dalam menyusun strategi perang.
Baca Juga: Arkeolog Menemukan Keranjang Anyaman Tertua, Usianya 10.500 Tahun
Dengan cepat, catur kemudian mulai dikenal di seluruh penjuru dunia dan terus mengalami perkembangan dari segi permainan. Perkembangan ini membuat catur menjadi lebih menarik dan lebih seru sehingga menjadikannya sebagai permainan rekreasi paling favorit di Persia.
Pada abab ke-10, umat Islam membawa catur ke Afrika Utara, Sisilia, Spanyol, dan sejumlah negara-negara eropa lainnya, seperti Belanda, Italia, Irlandia, dan Inggris. Catur merupakan permainan favorit Raja Henry I, Henry II, John, dan Richard I dari Inggris, Philip II dan Alfonso X dari Spanyol, dan dari Ivan IV dari Rusia. Pada zaman tersebut, sekitar abad ke-15 Masehi, catur mulai dikenal sebagai permainan kerajaan.
Dikutip dari halaman Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB PERCASI), pada zaman penjajahan Belanda di Indonesia mulanya kebanyakan mereka yang senang bermain catur hanyalah orang-orang Belanda. Barulah pada akhir abad ke-19 bermunculan klub-klub catur di Surabaya, Magelang, Yogyakarta, dan Bandung.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Kho Ping Hoo, Maestro Cerita Silat Indonesia
Pada 1915 di Yogyakarta berdiri Nederlandsch Indische Schaakbond (NISB) atau Perkumpulan Catur Belanda Indonesia yang merupakan perkumpulan catur pertama di Indonesia dan juga merupakan cikal-bakal PERCASI. Namun saat itu juga masih sangat sedikit orang Indonesia yang memainkan apalagi menggemari catur.
Sekitar 1938 sampai pecah perang dunia kedua, jumlah penggemar catur dari kalangan orang Indonesia semakin meningkat, bahkan melebihi jumlah orang-orang Belanda (Eropa) yang berada di Indonesia. Namun ketika Jepang mengambil alih kekuasaan di Indonesia, kegiatan catur boleh dibilang terhenti sama sekali, kalaupun ada hanya bersifat lokal.
Setelah pecah revolusi fisik yang berujung pada Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di tahun 1945, walaupun perjuangan bersenjata masih berlangsung dengan sengitnya, kegiatan catur mulai bermunculan kembali. Kemunculan kembali aktivitas permainan catur terutama terjadi di pulau Jawa seperti di Solo, Yogyakarta, dan Magelang.
Atas prakarsa beberapa orang yang bisa disebut para tokoh catur masa itu, pada tahun 1948 didirikanlah “Persatoean Tjatoer Seloeroeh Indonesia” (Persatuan Catur Seluruh Indonesia) disingkat PERTJASI (PERCASI). Namun karena situasi saat itu yang belum pasti karena masih dalam masa peralihan, maka barulah tanggal 17 Agustus 1950 ditetapkan sebagai tanggal resmi berdirinya PERCASI, dengan memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta berkedudukan di Yogyakarta.
Pada 1950 itu juga terpilihlah Ketua Umum PERCASI yang pertama, yakni Dr. Suwito Mangkusuwondo (almarhum). Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Catur yang pertama akhirnya bisa diadakan pertama kali pada tahun 1953 di Solo.
Kini, kerjuaraan catur rutin diadakan tiap tahunnya, baik di tingkat lokal, nasional, manupun internasional. Banyak orang di Indonesia dan seluruh dunia, baik muda maupun tua, menggandrungi permainan ini, entah sebagai profesional, sebatas hobi, atau sekadar mengisi waktu luang.
Baca Juga: Laksamana Malahayati, Pahlawan Perempuan Penumpas Cornelis de Houtman
Yang menarik, sekarang permainan catur juga telah menjadi tontonan yang menarik untuk disaksikan. Hal itu terbukti pada live streaming pertandingan catur antara Dadang Subur (Dewa Kipas) dan Woman Grandmaster Irene Kharisma Sukandar yang ditonton jutaan orang pada pekan ini.
Begitu pula dengan pertandingan-pertandingan catur dalam serial film, misalnya serial Netflix berjudul The Queen's Gambit yang rilis pada akhir 2020. Mini seri ini sudah ditonton oleh 62 juta akun pengguna layanan aliran video (video streaming) itu hanya dalam waktu 28 hari pertama penayangannya.
Pergerakan bidak-bidak catur di dalam 64 kotak persegi itu tampaknya telah menembus banyak batas. Orang-orang tanpa melihat batas wilayah dan usia telah mencintai permainan ini dengan sepenuh hati.
Baca Juga: Satu Tahun GRID STORE: Tersedia Layanan Pelanggan Majalah-el Berdiskon
Source | : | Kompas.com,PB Percasi,Encyclopedia Britannica |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR