Nationalgeographic.co.id—Setiap tahun kaum Muslim di seluruh dunia menantikan penampakan bulan sabit baru yang menandakan hari pertama Ramadan. Bulan kesembilan dalam kalender Islam, dan bulan paling suci dalam budaya Islam.
Penetapan tanggal awal Ramadan berfluktuasi setiap tahun karena kalender lunar Islam mengikuti fase bulan. Awal dan akhir Ramadan ditentukan oleh panitia penampakan bulan di masing-masing negara yang memiliki umat Islam dengan Arab Saudi menjadi patokan utamanya.
National Geographic mencatat, penetapan awal Ramadan ditentukan setelah panitia melihat bulan sabit baru, yang bisa jadi sulit karena penampakannya cukup redup dan hanya bisa dilihat sekitar 20 menit. Jika bulan tidak terlihat dengan mata telanjang karena kabut atau awan, kalkulasi bulan digunakan untuk memprediksi sudah memasuki bulan apa malam ini atau esok malam. Ramadan tahun ini ditetapkan dimulai pada 12 April, dan berakhir 12 Mei dengan perayaan Idulfitri.
Ramadan, salah satu bulan dalam kalender Islam, juga merupakan bagian dari kalender Arab kuno. Penamaan Ramadan berasal dari akar bahasa Arab "ar-ramad", yang berarti panas terik.
Kaum Muslim percaya bahwa pada tahun 610 Masehi, malaikat Jibril menampakkan dirinya kepada Nabi Muhammad dan menurunkan Al-Qur'an, kitab suci umat Islam. Wahyu itu, Laylat Al-Qadar—atau “Malam Kemuliaan”—diyakini terjadi selama Ramadan.
Baca Juga: Bagaimana Strategi Para Pesepak Bola Saat Bermain pada Bulan Ramadan?
Umat Islam berpuasa selama bulan Ramadan sebagai cara untuk memperingati wahyu Al-Qur'an. Kitab suci ini terdiri atas 114 surat dan dianggap sebagai kata-kata langsung dari Tuhan, atau Allah. Hadis, atau catatan dari pemikiran dan perbuatan Nabi Muhammad yang dicatat para sahabat Nabi, dan bersama-sama Al-Qur'an membentuk teks agama Islam.
Selama Ramadan, umat Islam berupaya untuk bertumbuh secara spiritual dan membangun hubungan yang lebih kuat dengan Allah. Mereka melakukan ini dengan berdoa dan membaca Al-Qur'an, menghindari tindakan buruk dan tidak mementingkan diri sendiri, serta tidak bergosip, berbohong, dan berkelahi.
Sepanjang bulan Ramadan umat Islam berpuasa, termasuk menahan diri dari minum dan melakukan hubungan seksual antara matahari terbit dan terbenam. Puasa wajib bagi semua umat Islam, kecuali yang sakit, hamil, berpergian, lanjut usia, atau sedang haid. Hari-hari puasa yang terlewat—misal karena haid atau menjadi musafir—dapat dibayar atau diganti dengan puasa di hari-hari lain di sepanjang sisa tahun.
Makan sahur dan berbuka bersama adalah kesempatan bagi umat Islam untuk berkumpul dengan keluarga ataupun orang lain dalam komunitas agama mereka. Makan sahur biasanya dilakukan pada pukul 04.00 pagi sebelum salat subuh. Sementara makan malam, atau berbuka puasa, biasa dimulai setelah salat magrib selesai —biasanya sekitar pukul 07.30 malam.
Baca Juga: Sains Jelaskan Isi Kepala Pelaku Bom Bunuh Diri. Apakah Terkait Agama?
Sejak Nabi Muhammad berbuka puasa dengan kurma dan segelas air, umat Islam juga terbiasa makan kurma saat sahur dan berbuka puasa. Sebagai makanan sehari-hari di Timur Tengah, kurma diketahui kaya akan nutrisi, mudah dicerna, dan dapat memberi tubuh asupan gula yang cukup setelah seharian berpuasa.
Setelah hari terakhir Ramadan, umat Islam merayakan Idulfitri —"festival berbuka puasa"— yang dimulai dengan salat Idulfitri berjamaah saat fajar menyingsing. Selama tiga hari perayaan ini, orang-orang Muslim biasanya berkumpul untuk berdoa, makan bersama, bertukar hadiah, dan memberi penghormatan kepada kerabat yang telah meninggal. Beberapa kota menyelenggarakan karnaval dan pertemuan doa besar juga.
Semenjak setahun silam, pagebluk virus corona telah mengganggu perayaan Ramadan di seluruh dunia. Pagebluk memaksa umat Islam untuk mengubah rencana sahur dan berbuka puasa bersama mereka. Namun meski perayaan Ramadan tahun ini tak semeriah biasanya, semangat tradisi berusia berabad-abad ini akan tetap sama bagi banyak orang sebagai waktu untuk meningkatkan kesalihan serta refleksi diri.
Baca Juga: Satu Tahun GRID STORE: Tersedia Layanan Pelanggan Majalah-el Berdiskon
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR