Radhar mengeyam pendidikan S1 di jurusan sosilogi Universitas Indonesia (UI). Pada 1997, seperti dikutip dari Kompas.com, Radhar melanjutkan studinya di Ecole des Hautes Etudes en Science Sociales, Prancis, dengan meriset postmodernisme di Indonesia.
Radhar menjalani kariernya sebagai dosen sosiologi UI, tapi terus menulis banyak karya. Kumpulan buku-buku karyanya antara lain Homo Theatricus (kumpulan esai, 2001), Menjadi Manusia Indonesia (esai humaniora, 2002), Jejak Posmodernisme (2004), Inikah Kita; Mozaik Manusia Indonesia (esai humaniora, 2006), Dalam Sebotol Coklat Cair (esai sastra, 2007), Simponi Duapuluh (kumpulan puisi, 1988), Lalu Waktu (kumpulan puisi, 2003), Masa Depan Kesunyian (kumpulan cerpen, 1995), Ganjar dan Si Lengli (kumpulan cerpen, 1994), Cerita-Cerita dari Negeri Asap (kumpulan cerpen, 2005), dan Metamorfosa Kosong (kumpulan drama, 2007).
Radhar telah mengalami sakit sejak 2001, sepulang dari studinya di Prancis. Pada 9 Januari 2001, ia divonis mengalami gagal ginjal dan harus mencuci darah seminggu dua kali seumur hidup.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Kho Ping Hoo, Maestro Cerita Silat Indonesia
Meski demikian, Radhar tetap memiliki energi besar untuk berkarya. Ia terus menelurkan karya-karya baru dan bahkan mementaskannya. ANTARA pernah melansir bahwa Radhar pernah mementaskan karya monolog teaternya di Taman Ismail Marzuki dengan berbaring.
Ia sempat pingsan beberapa kali ketika sedang latihan, termasuk dirawat selama seminggu di rumah sakit, jelang sebulan sebelum pementasan.
Baca Juga: 23 April, Hari Buku Sedunia dan Wafatnya Cervantes serta Shakespeare
Selain mengalami gagal ginjal, Radhar juga didera sejumlah penyakit lainnya seperti gangguan jantung, asam urat, dan pembengkakan paru-paru. Namun hidupnya seolah telah ia wakfkan untuk kebudayaan dan kesenian, termasuk melalui karya-karya sastranya.
Beberapa penghargaan yang pernah ia dapatkan adalah Paramadina Award pada 2005 dan Medali Frix de le Francophonie pada 2007. Apa-apa yang ia dapatkan itu hanyalah sedikit jika dibandingkan dengan apa yang ia telah berikan untuk kebudayaan dan kesenian di negeri. Selamat jalan, Radhar Panca Dahana!
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR