Dengan melakukan itu, para ilmuwan dapat melacak sejarah biogeografi populasi infraspesifik dan lebih memahami faktor-faktor lain seperti aliran gen, fragmentasi, perluasan jangkauan, dan kolonisasi spesies yang diteliti.
Namun, dalam kasus Otus brookii brookii ini, para ahli ekologi mengatakan bahwa analisis filogenetik kuantitatif tidak mungkin dilakukan. Meski demikian, mereka mencatat bahwa menyelesaikan data ekologi, distribusi, dan status taksonomi burung hantu ini "dapat memiliki implikasi konservasi yang penting."
Taksonomi adalah studi tentang prinsip-prinsip klasifikasi ilmiah organisme dan pengaturannya berdasarkan "dugaan hubungan alamiah", menurut Kamus Merriam-Webster.com.
Baca Juga: Status Burung Indonesia 2021: Sembilan Jenis Makin Terancam Punah
Fox News melaporkan, burung hantu yang ditemukan kembali ini berukuran sekitar seperempat lebih besar dari burung hantu biasa yang berasal dari wilayah tersebut. Selain itu, burung hantu tersebut memiiki warna bulu antara abu-abu, hitam, dan cokelat tua.
Tidak banyak yang diketahui tentang Otus brookii brookii, termasuk lagunya dan lokasi habitat intinya. Subspesies mitranya, Otus brookii solokensis, ditemukan di Sumatra.
Dalam sebuah wawancara dengan Smithsonian Magazine, penulis laporan penemuan ini, Andy Boyce, mengatakan bahwa penemuan kembali burung hantu bermata oranye itu terjadi secara kebetulan. Dia berada di hutan di Sabah itu untuk meneliti bersama University of Montana terkait bagaimana spesies-spesies burung yang berbeda berperilaku di berbagai ketinggian. Kala itu seorang teknisi Keegan Tranquillo menunjuk keberadaan seorang burung hantu yang tampak aneh dengan mata oranye.
"Jika kami tidak mendokumentasikannya saat itu juga, burung ini bisa menghilang lagi entah sampai kapan," kata Boyce dalam laporannya. "Itu adalah perkembangan emosi yang sangat cepat. Ada kegugupan dan antisipasi ketika saya mencoba untuk sampai ke sana, berharap burung itu masih ada di sana. Hanya kegembiraan yang besar, dan sedikit ketidakpercayaan, ketika saya pertama kali melihat burung itu dan menyadari apa itu. Dan kemudian, segera, muncul banyak kecemasan lagi."
Source | : | Fox News,Science Direct,Mongabay.com,Smithsonian |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR