Orientasi ini dibentuk karena beberapa faktor seperti konformitas, identitas, norma, dan institusi sosial yang dipahami atau dibentuk bersama. Faktor-faktor ini berkembang tidak berdasarkan genetik, melainkan akalnya.
"Kelompok-kelompok yang terorganisasi secara budaya tampaknya memecahkan masalah adaptif lebih mudah daripada secara individu, melalui nilai gabungan dari pembelajaran sosial dan transmisi budaya dalam kelompok," tulis mereka.
Adaptasi budaya pun juga bisa muncul lebih cepat dalam kelompok manusia dengan jumlah besar daripada kecil. Akibatnya, kelompok-kelompok besar yang terorganisir secara budaya membuat urusan manusia teratur dalam beberapa milenium terakhir.
Dengan demikian elemen budaya lebih mendominasi daripada genetika dalam kisah perkembangan evolusi manusia selanjutnya.
Baca Juga: Charles Darwin Ungkap Bagaimana 'Kecantikan' Dapat Terbentuk
Waring menyimpulkan bahwa dalam proses evolusi manusia berawal dari organisme genetik yang terjadi pada individu. Selanjutnya mereka menjadi kelompok budaya yang berfungsi sebagai organisme super.
"Ungkapan 'masyarakat sebagai organisme' tak sekedar metafora. Pandangan ini dapat membantu masyarakat lebih memahami bagaimana seorang individu dapat masuk ke dalam sistem yang terortanisir dengan baik, dan saling menguntungkan," jelas Waring.
"Ambillah contoh pandemi virus corona. Program respons epidemi nasional yang efektif benar-benar menjadi sistem kekebalan nasional, dan karena itu kita dapat belajar langsung dari cara kerja sistem kekebalan untuk meningkatkan respons COVID kita."
Baca Juga: Penduduk Tanjung Verde Punya Evolusi Kekebalan Tubuh Tercepat di Dunia
Pemutihan pada Terumbu Karang, Kala Manusia Hancurkan Sendiri Benteng Pertahanan Alaminya
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR