Moodley dan tim merekonstruksi sejarah evolusi sampel H. pylori di Siberia dan di Amerika, kemudian memodelkan bagaimana manusia bersama bakteri yang menurun itu mungkin bermigrasi melintasi belahan benua.
Karena orang-orang di kawasan Siberia berbagi H. pylori dengan orang-orang di Amerika Utara, ini menunjukkan bahwa memungkinkan bila peristiwa migrasi terjadi pada 12.000 tahun yang lalu, tulis mereka.
Namun, mereka juga megklaim dalam makalahnya, bukti arkeologi yang meningkat bersama peninggalan kuno dan genetik ini menunjukkan migrasi bisa mungkin jauh lebih awal. Mereka memperkirakan rentang terjauh itu pada 23.000--13.000 tahun yang lalu.
Tetapi dalam perdebatan dengan penelitian lain adalah apakah orang yang pertama kali muncul di Siberia pada 45.000 tahun yang lalui bertahan saat zaman es terakhir yang ekstrim? Atau mereka harus mundur lebih jauh ke selatan seperti Manchuria, Mongolia, dan Tiongkok?
Baca Juga: Rumah Tertua dalam Sejarah Manusia Ditemukan, Usianya Dua Juta Tahun
Hal itu menambah teka-teki tentang rute yang dipilih. Sebab selama masa maksimum glasial terakhir, lapisan es menutup seperempat luas darat Bumi dan sepertiga Alaska. Tentunya mempengaruhi batas laut dan menciptakan jembatan yang membentang di Laut Bering dari Rusia ke Alaska.
Sebagai jawabannya, sekaligus hasil identifikasi varian campuran H. pylori di seluruh wilayah Siberia dan Mongolia, mereka mengungkap bahwa populasi yang terisolasi tinggal di Siberia tengah atau selatan.
Kemungkinan mereka begabung kembali dalam kelompok besar manusia di belahan utara saat cuaca menghangat di masa itu, sekitar 12.000 tahun yang lalu.
Baca Juga: Kabar Paul Salopek, Jurnalis yang Susuri Jejak Jalur Migrasi Manusia
Source | : | pnas.org |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR