Nationalgeographic.co.id—Cat permen dengan bintik-bintik logam berkilauan dan jok custom dari beludru magenta. Memantul hidrolik dengan jelajah rendah dan lambat. Nama-nama julukan "Purple Rain" dan "Erotic City" yang berkilauan dari bingkai yang dipernis.
Itu adalah kata-kata yang hanya bisa mengambarkan lowrider terkenal milik komunitas Chicano L.A yang menjadi subjek buku bagii fotografer Kristen Bedford berjudul Cruise Night.
Untuk proyek itu, Bedford menghabiskan lima tahun di klub lowriding Meksiko-Amerika di Los Angeles Timur, menghadiri semua acara yang dihadirinya seperti pernikahan, pemakaman, dan quinceañeras (di mana para anggora akan memajang mobil mereka).
Para lowrider menggunakan mobil custom untuk melawan masyarakat Amerika yang homogen. Akar lowriding di L.A ada sejak 1940-an ketika budaya mobil mulai berlaku di seluruh Amerika. Terutama di California Selatan di mana para keluarga mulai membeli mobil untuk beradaptasi dengan kota-kota yang diperluas dari lanskap perkotaan pascaperang.
Orang-orang Meksiko-Amerika juga membeli mobil dengan uang yang mereka peroleh dari layanan mereka di Perang Dunia II. Saat tren "hot rod" menyapu Amerika, yang sebagian besar terdiri dari model vintage seperti Ford Model-T yang dimodernisasi dengan mesin yang diperbesar untuk kecepatan, orang Meksiko-Amerika dengan cekatan mulai mengubah mobil di garasi mereka sevagau sarana untuk membedakan diri.
Mereka mengotak-atik mesin, mengecat eksterior, dan bahkan menambahkan bobot di bagian belakang untuk menurunkan bodi. Mereka sengaja mengubah mobil Chevys mereka. Modifikasi sangat populer dan mengubah gaya mobil mereka menjadi "rendah dan lambat".
Steve Velasquez, seorang kurator budaya dan komunitas di Smithsonian’s National Museum of American History menjelaskan bahwa lowriding adalah cerminan dari pengalaman pasca-perang Meksiko-Amerika. Tidak seperti "hot rod", lowrider adalah tentang sesuatu yang berbeda.
Ketika orang Amerika-Meksiko mulai secara kolektif menata kembali identitas mereka dari perspektif selama Gerakan Chicano di tahun 1970-an, para lowrider mengambil fungsi politik yang lebih formal.
Klub mobil, yang terbentuk saat ini, mulai menawarkan layanan masyarakat. Seperti penggalangan dana untuk serikat pekerja United Farm Workes dan menyelenggarakan inisiatif kesehatan.
"Ya [mereka]suka berbicara tentang mobil dan mengerjakan mobil," kata Velasquez di laman Smithsonian. "Tetapi mereka juga mulai membuat acara komunitas. Aspek mobil 10 persen dan aspek sosial 90 persen."
Seperti yang dipotret oleh Bedford, lowrider masih menjadi mode hingga saat ini apalagi popularitasnya mencapai tingkat global dan merebak ke Jepang dan Brasil.
Secara lokal mereka bahkan terus melayani fungsi publik. Menurut Velasquez, anggota klub di L.A mengorganisir untuk mengirimkan makanan dan persediaan lainnya kepada para pekerja yang terdampar di California tengah selama pandemi COVID-19.
Penggunaan gaya yang strategis sebagai modalitas perlawanan adalah salah satu elemen kunci yang menarik Bedfotd untuk memproduksi foto mereka. Menyebut mobil sebagai "kanvas seluler".
Baca Juga: Bukan Tanda Supernova, Misteri Redupnya Betelgeuse Akhirnya Terungkap
Bedford berharap karyanya akan berkontribusi untuk menulis ulang kesalahpahaman publik tentang lowriders, yang sering dikaitkan dengan aktivitas geng dan kekerasan.
Pada 1958, negara bagian California melarang mobil apapun di jalan umum yang lebih rendah dari bagian pelek roda. Setelah itu, sistem hidraulik muncul untuk memungkinkan mereka menaikkan dan menurukan kendaraan dan mereka tetap bisa merendahkan mobilnya.
Itu adalah jenis stigma dan rasisme yang berusaha ditentang oleh Bedford.
"Apa yang saya bawa melalui pengalaman dan bentuk seni adalah bagaimana saya mengalami keindahan dan kecanggihan komunitas ini, dan mobil yang mereka ciptakan," katanya di Smithsonian.
Source | : | Smithsonian |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR