Nationalgeographic.co.id—Di teras rumahnya yang gerah di Klipoh, Karanganyar, Magelang, siang itu Saroyah dengan terampil memilin lempung. Sambil memutar papan kayu bulat, tangan-tangannya memipihkan gumpalan lempung. Sesekali tanah cokelat tua itu dia basahi agar mudah dibentuk sesuai keinginannya. Tidak seberapa lama, Saroyah telah membentuk sebuah tabung lempung.
"Ini untuk membuat anglo," tutur Saroyah. Tungku tradisional Jawa berbahan bakar arang itu perlu tiga kali tahap pembuatan. Setelah bagian bawah, Saroyah membuat bagian atas anglo untuk tempat alat pemasak. Setelah agak kering, "Nanti suami saya yang melanjutkan," imbuh ibu empat anak ini.
Pekerjaan membuat berbagai peralatan dapur dari tanah liat itu diturunkan dari generasi ke generasi di keluarga Saroyah. "Sudah lama, sejak kecil saya sudah belajar membuat alat-alat dapur," cerita Saroyah.
Siang itu Saroyah ditemani anak bungsunya yang masih sekolah Taman Kanak-kanak yang juga bergelut dengan lempung. "Dia membuat cobek," jelas Saroyah. Dari kegiatan sehari-hari itulah, generasi Klipoh belajar membuat gerabah alat-alat dapur.
Kobarkan Semangat Eksplorasi, National Geographic Apparel Stores Resmi Dibuka di Indonesia
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR