Gugusan perbukitan dan dataran karst sekitar gua merupakan bagian dari sisi lereng timur Pegunungan Bukit Barisan. Beberapa gua dan ceruk alam sekitar aliran sungai di kawasan itu telah menarik manusia prasejarah untuk berteduh dan bermukim.
“Gua ini sungguh menjanjikan,” ungkap Truman, “karena selama ini Sumatra mengalami kekosongan hunian sebelum 12.000 tahun yang lalu.” Apakah Sumatra benar-benar pulau tak berpenghuni pada 60.000 hingga 12.000 tahun silam? Itu adalah pertanyaan besar yang selalu berkecamuk di benak Truman.
Pasalnya, kepulauan Indonesia lainnya telah dihuni manusia modern sejak 45.000-30.000 tahun lalu. Pulau-pulau kecil di Indonesia timur pun sudah dihuni pada periode itu, bahkan manusia modern sudah mencapai Australia sekitar 60.000-50.000 tahun silam.
!break!
Kekosongan hunian pada masa itu juga bertentangan dengan kondisi geografis pulau Sumatra yang menghubungkan kawasan kepulauan dan daratan Asia Tenggara. “Padahal Sumatra merupakan pintu masuk manusia bermigrasi.”
Di Sumatra, hunian tertua dari masa 12.000 tahun silam yang dia maksud adalah gua prasejarah di Langkat, Sumatra Utara. Selanjutnya gua di Tianko Panjang, Jambi, sekitar 10.000-11.000 tahun lalu, dan Nias yang bertitimangsa 9.000 tahun lalu.
Sementara di sekitar Padangbindu, Pusat Arkeologi Nasional dan Institut de recherche pour le développement (IRD) pada paruh pertama dekade silam melakukan survei dan penelitian bersama pada gua-gua hunian. Hasilnya, gambaran gua hunian sekitar 9.000 tahun lalu di Gua Pandan dan sekitar 5.000 tahun lalu di Gua Silabe. Temuan di Gua Silabe mirip dengan Gua Harimau dalam hal cara bertahan hidup, peranti, dan sistem penguburan.
“Saya masih bisa menerima kalau di Sumatra bagian utara sekitar 70.000 tahun lalu tidak ada hunian,” ujarnya.
Kedahsyatan letusan Toba sekitar 74 ribu tahun silam telah meluluhlantakkan kehidupan di sana—bahkan abunya sampai ke Afrika—sehingga melambatkan perkembangan manusia. Akibatnya, bukti kehidupan manusia di Sumatra bagian utara yang tertua sejauh ini berasal dari 12.000 tahun silam.
“Namun, Sumatra bagian selatan tidak sefatal bagian utara,” ujarnya lirih. “Ini yang menjadi tantangan kita menemukan sisa permukiman prasejarah untuk mengisi kekosongan data hunian Sumatra sekitar 50.000 tahun.”
Truman lalu mengajak saya ke sebuah petak ekskavasi lain yang lokasinya di tengah gua. Dia menjelaskan, bahwa tidak semua manusia di sini dikuburkan dengan posisi telentang. Ada pula penguburan terlipat, atau setengah terlipat—mirip posisi bayi dalam kandungan. Bahkan, timnya menemukan tak hanya kubur individual, tetapi juga kubur berpasangan. “Sangat kompleks!” serunya.
Mereka pada umumnya terbujur dengan orientasi ke timur-barat, sedangkan gua menghadap ke tenggara. Jadi, dengan melihat posisi rangka dan cara penguburannya, Truman sudah yakin bahwa peradaban saat itu telah didasari konsepsi sistem kepercayaan.
!break!
Harry Widianto, ahli paleoantropologi dan Kepala Pengelola Museum Purbakala Sangiran, turut membantu tim Truman. Menurut laporan penelitiannya untuk Pusat Arkeologi Nasional, terdapat penyakit karies gigi serius pada sebagian rangka. Dia menduga penyakit ini disebabkan pola makan berkarbohidrat tinggi.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR