Setidaknya 50 negara lain memiliki PTTA, dan beberapa di antaranya, termasuk Cina, Israel, dan Iran, memiliki pabrik sendiri. Perusahaan dirgantara—juga peneliti pemerintah dan universitas—sedang merancang berbagai pesawat generasi baru, dengan beragam ukuran, dari robot ngengat dan kolibri sampai Phantom Eye milik Boeing. Phantom Eye merupakan raksasa berbahan bakar hidrogen dengan rentang sayap 45 meter, yang dapat terbang jelajah pada ketinggian 20.000 meter selama hingga empat hari.
Lebih dari seribu perusahaan, dari perusahaan kecil baru seperti milik Miser hingga kontraktor pertahanan besar, kini terjun di bisnis PTTA—dan sebagian berusaha mengarahkan PTTA ke dunia sipil. Predator sudah digunakan untuk membantu agen Pabean dan Perlindungan Perbatasan mencari penyelundup dan imigran ilegal yang menyusup ke AS. Global Hawk yang dioperasikan NASA mencatat data atmosfer dan mengamati badai.
PTTA membantu ilmuwan mengumpulkan data gunung berapi di Kosta Rika, situs arkeologi di Rusia dan Peru, serta banjir di North Dakota, AS. Sejauh ini, baru 12 departemen kepolisian yang telah mengajukan permohonan izin ke FAA untuk menerbangkan PTTA. Tetapi, para pendukung PTTA—yang biasanya lebih menyukai istilah UAV (unmanned aerial vehicle, wahana udara tak berawak)—mengatakan bahwa 18.000 badan penegakan hukum di AS berpotensi menjadi pelanggan.
Mereka berharap PTTA juga segera menjadi bagian penting dalam bidang pertanian (memeriksa dan menyemprot tanaman, mencari ternak yang hilang), jurnalisme (meliput peristiwa umum atau halaman belakang selebriti), prakiraan cuaca, dan pengendalian lalu lintas. “Kemungkinan penerapannya tak terbatas,” kata Bill Borgia, insinyur di Lockheed Martin. “Begitu PTTA sampai ke tangan para pengguna potensial, mereka pasti bisa menemukan berbagai penerapan yang keren.”
!break!
Menurut para pendukung, rintangan terbesarnya adalah peraturan FAA saat ini, yang secara ketat membatasi penerbangan PTTA oleh perusahaan swasta dan badan pemerintah (tetapi tidak berlaku untuk penggemar perorangan). Setelah mengantongi izin FAA pun, operator tidak boleh menerbangkan PTTA di atas 120 meter, atau di dekat bandara atau zona lain yang memiliki lalu lintas udara ramai.
Mereka juga hanya boleh menerbangkan PTTA dalam batas visual. Namun, semua itu mungkin berubah di bawah undang-undang baru, yang mewajibkan FAA mengizinkan “integrasi aman” PTTA dalam ruang udara AS.
Menurut Mark Brown, jika FAA melonggarkan peraturan, pasar sipil untuk PTTA dapat segera jauh melampaui penjualan militer, yang pada 2011 totalnya melebihi tiga puluh triliun rupiah. Brown, mantan astronaut yang kini menjadi konsultan dirgantara di Dayton, Ohio, membantu mempertemukan produsen PTTA dan pelanggan potensial.
Bermimpi di Dayton
Demam PTTA sangat terasa di Dayton, tempat kelahiran penerbangan Amerika: di sini Wright bersaudara tinggal. Di sini juga ada Pangkalan Angkatan Udara Wright-Patterson. Sebelum resesi baru-baru ini pun, Dayton sudah kesulitan keuangan. Selama dasawarsa terakhir, beberapa perusahaan besar, termasuk General Motors, menutup operasi di kota ini.
Di Dayton ada beberapa wiraswasta PTTA. “Ini salah satu dari sedikit industri baru yang berpeluang tumbuh cepat,” kata Brown. Salah seorang wiraswasta itu adalah Donald Smith. Perusahaannya, UA Vision, memproduksi PTTA bersayap segitiga (delta) yang dinamai Spear. Terbuat dari busa polistirena yang terbalut serat karbon anyam atau serat lain, Spear memiliki beberapa ukuran; yang terkecil memiliki rentang sayap satu meter dan beratnya tak sampai dua kilogram.
Mirip pesawat pembom B-1 mainan. Smith membayangkan pesawat ini digunakan untuk melacak lokasi hewan piaraan, ternak, margasatwa, bahkan pasien Alzheimer—apa pun atau siapa pun yang dipasangi alat pengenal frekuensi radio, yang dapat dibaca dari jarak jauh.
Di jalan di luar pabrik UA Vision, seorang karyawan melontarkan PTTA itu ke udara, dan Smith mengendalikannya dengan sebuah perangkat genggam. PTTA itu melesat naik sampai nyaris tak terlihat, menukik, terbang spiral, loop, melayang rendah di atas tanah kosong di seberang jalan.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR