“Kontra-PTTA merupakan bidang terbaru,” kata Stephen Griffiths, insinyur di perusahaan avionik (elektronika penerbangan) Procerus Technologies yang berkantor di Utah. Dengan sistem mata-buatan yang dirancang oleh Procerus, PTTA dapat mendeteksi dan menghancurkan PTTA lain, baik dengan menabrak atau menembaknya.
Kelak, PTTA mungkin cukup cerdas untuk beroperasi sendiri, dengan pengawasan manusia yang minimal. Tetapi, Griffiths meyakini bahwa keputusan menyerang sebaiknya tetap di tangan manusia.
Mimpi buruk pihak lain
Sekalipun dikendalikan oleh operator yang mahir dan berniat baik, PTTA tetap berpotensi menimbulkan bahaya. Catatan keamanan PTTA militer tidak membesarkan hati. Menurut Angkatan Udara AS, sejak 2001, tiga PTTA utamanya—Predator, Global Hawk, dan Reaper—terlibat dalam setidaknya 120 “kecelakaan”, dan dalam 76 di antaranya hancur total.
Data statistik itu belum memperhitungkan PTTA yang dioperasikan oleh matra militer lain atau CIA. Belum pula memperhitungkan serangan PTTA yang tak sengaja menewaskan warga sipil atau tentara AS atau sekutu. Sebagian pendukung pun menegaskan bahwa keandalan PTTA harus ditingkatkan dulu, barulah PTTA siap digunakan secara luas di ruang udara AS.
“Kita jangan antipati terhadap FAA dalam misinya menjamin keamanan, sekalipun itu melambungkan biaya PTTA,” kata Richard Scudder, kepala laboratorium di University of Dayton yang menguji purwarupa.
PTTA yang jatuh di halaman rumah tentu gawat, tetapi PTTA menabrak pesawat penumpang lebih parah lagi. Di Dayton, perusahaan Defense Research Associates (DRA) sedang menggarap sistem “deteksi dan hindari” yang akan lebih murah dan lebih kecil daripada radar, kata manajer proyek DRA Andrew White.
!break!
Prinsipnya sederhana: Kamera mendeteksi benda yang membesar dengan cepat dan mengirim sinyal kepada autopilot, yang membelokkan PTTA menjauhi bahaya. White menyiratkan bahwa perangkat DRA itu dapat mencegah tabrakan seperti yang terjadi pada 2011 di Afganistan, ketika PTTA Shadow seberat 180 kilogram menabrak pesawat angkut Hercules C-130. Pesawat C-130 itu mendarat dengan selamat, dengan PTTA menancap di sayapnya.
Bayangan bahwa langit Amerika dipenuhi PTTA tak hanya menimbulkan rasa cemas soal keamanan, tapi juga dikhawatirkan mencederai privasi. Sensor inframerah dan pita radio yang digunakan militer dapat menembus awan dan dedaunan, bahkan—menurut lebih dari satu sumber—mendeteksi orang di dalam bangunan.
Selama beberapa tahun terakhir pendudukan AS di Irak, PTTA memantau Bagdad siang-malam, sehingga seluruh kota itu tak ubahnya toserba yang dipenuhi kamera keamanan. Jika terjadi pengeboman di tepi jalan, pejabat AS dapat memutar video mundur untuk melacak para pengebom sampai ke tempat persembunyiannya.
Praktik ini disebut pengintaian persisten. American Civil Liberties Union (ACLU) cemas bahwa seiring semakin murah dan andalnya PTTA, badan penegak hukum mungkin tergoda untuk melakukan pengintaian persisten atas warga AS. Amandemen Keempat UUD melindungi warga Amerika terhadap “pencarian dan penangkapan yang tidak beralasan”, tetapi tidak jelas bagaimana pengadilan kelak menerapkan hal itu dalam konteks PTTA.
“Skenario mimpi buruk” dari Jay Stanley di ACLU dimulai dengan PTTA mendukung penggerebekan dan pengejaran polisi yang “tidak terlalu menimbulkan keberatan”. Namun, tak lama kemudian jaringan PTTA dan komputer yang tersambung akan “mampu secara otomatis melacak banyak kendaraan dan orang yang bergerak di dalam kota”.
Mimpi buruk itu mencapai klimaks saat pihak berwenang menggabungkan video PTTA dan pelacakan ponsel untuk membuat basis data rutinitas pergerakan warga, yang kemudian dapat digunakan untuk mencari perilaku mencurigakan. Mimpi buruk Stanley bahkan belum mencakup kemungkinan bahwa PTTA polisi nanti dipersenjatai.
Siapa yang Memegang Kendali?
Ciptaan manusia yang tak terkendali merupakan keresahan yang tak kunjung pudar dalam era industri. Mencontohkan senjata nuklir terlalu klise. Mari kita renungkan dampak mobil selama seabad terakhir. Wajar saja jika kita bertanya-tanya siapa yang pegang kendali, mobil atau kita.
Kebanyakan orang tentu berpendapat bahwa secara umum, mobil bermanfaat bagi manusia. Seabad lagi, mungkin orang juga berpendapat demikian tentang PTTA, jika kita mengendalikan risikonya sejak dini. Di kantor sheriff Mesa County, Benjamin Miller berkata bahwa dia tidak berminat pada PTTA bersenjata.
“Saya ingin menyelamatkan nyawa, bukan mencabutnya,” katanya. Chris Miser mengungkapkan pemikiran serupa. Untuk Falcon, Miser mengangankan rencana misi yang menyelamatkan jiwa. Kesuksesannya akan membuktikan manfaat Falcon.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR