Ekspedisi Rajendra Chola
Tanpa dinyana, pada 1017 atau 1018 Rajendra Chola I mengirimkan ekspedisi militer ke Sriwijaya. Ini dikemukakan oleh sejarawan India, RC Majumdar. Dasarnya adalah prasasti dari Thiruvalangadu, juga di Tamil Nadu. Salah satu barisnya berbunyi, “Berhasil menaklukkan Kedah dengan bantuan pasukannya yang gagah berani dan telah menyeberangi samudra.”
Hanya berselang dua tahun, pada 1019, melalui suatu prasasti lainnya dari kuil Karonasvamin di Nagapattinam, justru terbit berita hubungan kedua kerajaan tetap baik. Prasasti ini menceritakan pemberian hadiah emas buatan Cina dari raja Kedah (Sriwijaya) untuk kuil Karonasvamin.
Barulah pada 1025 sikap Chola kepada Sriwijaya benar-benar berubah. Armada Rajendra Chola I menyeberangi Samudra Hindia, menggempur kota-kota Sriwijaya secara habis-habisan.
Serangan ini dibanggakan dalam prasasti Tanjore (1030). Isinya menyebutkan penawanan raja Sanggramawijayottunggawarman (Marawijayotunggawarman) di Kadaram (Kedah).
Pelabuhan-pelabuhan lain juga dilumpuhkan. “Sri-Vijaya” disebutkan paling atas. Kemudian menyusul Pannai (pesisir timur Sumatra Utara), Ilamuridesam (Lamuri di Aceh), Malaiyur (Melayu), Ilangasogam (Langkasuka, sekitar perbatasan Malaysia dan Thailand), Manakkavaram (Kepulauan Nikobar), serta beberapa lokasi lain yang sulit diidentifikasi.
Dalam prasasti itu, Marawijayottunggawarman ditawan di Kedah bersama dengan “gajah-gajah yang termasuk ke dalam pasukannya yang hebat”. Sejumlah besar perhiasan raja juga dikuasai.
Para ahli berikhtiar menjelaskan motif di balik serangan itu. Terdapat beberapa kemungkinan. Yang pertama, Rajendra Chola digambarkan sebagai raja yang berkarakter ekspansif. Sejak naik takhta menggantikan ayahnya (Rajaraja I), ia mengembangkan kebijakan penaklukan. Srilangka menjadi korban pertama disusul tetangga di India: Chera, Pandya, dan Chalukya.
Kedua, hubungan Chola dengan Cina secara langsung mulai dibuka. Kronik Dinasti Sung menyebutkan, utusan Chola yang pertama tiba pada 1015. Anehnya, saat itu para pejabat Cina mengira Chola adalah negeri bawahan Sriwijaya.
Kebangkitan Chola serta hubungan dagang langsung antara negeri Tamil itu dengan Cina, diperkirakan mengusik Sriwijaya. Atau, boleh jadi, justru Chola yang terusik oleh fakta bahwa Sriwijaya berada di antara mereka dan Cina.
Nilakanta Sastri menguraikan dalam naskahnya, Sri Vijaya, alasan penyerangan Chola sulit dipahami. “Kita tidak tahu. Tetapi pasti; walau ekspedisi Rajendra terbilang sukses, tidak ada indikasi pendudukan Chola atas Sriwijaya baik secara keseluruhan maupun sebagian,” tulisnya.
Karena hal ini, sebagian ahli beranggapan, serangan Chola hanyalah “penjarahan”. Pada 1028, tak lama setelah serangan Chola, utusan Sriwijaya tiba di Cina dan tidak menunjukkan kesan negerinya diduduki oleh Bangsa Tamil.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR