Akan tetapi, terdapat hipotesis lain. Sebagian ahli menduga, prasasti Wat Sema Mueang dibuat ketika daerah itu menjadi pangkalan untuk menyerang Indocina. Mereka mengaitkannya dengan sejumlah peristiwa di abad kedelapan.
Pada 767, “orang-orang dari selatan” menyerbu An Nam, provinsi di bawah kendali Dinasti Tang di Cina. Provinsi ini berbatasan dengan Campa di sebelah selatannya—berbagi wilayah yang kini Vietnam. Serbuan itu mencapai ibu kota An Nam, dekat Hanoi. Para penyerang menguasai kawasan delta sampai pasukan gubernur dari Cina mendesak mereka keluar.
Pada 774, setahun sebelum tarikh prasasti Wat Sema Mueang, orang-orang serupa datang ke Campa. Menurut salah satu prasasti lokal yang berbahasa Sanskerta, para penyerbu merusak kuil Siwa yakni Po Nagar di Kauthara atau Nha Trang kini. Mereka juga membawa lari arca mukhalinga dari emas dan benda-benda lain.
Para penyerang dilukiskan sebagai “lahir dari negeri lain, menakutkan, berkulit gelap, mengerikan dan jahat bagaikan maut, makanannya lebih menjijikkan daripada bangkai.... datang dengan kapal-kapal.”
“Peristiwa dalam prasasti Po Nagar hanya setahun sebelum prasasti Wat Sema Mueang sisi A,” tulis Chand Chirayu Rajani. “Di Chaiya ditemukan mukhalinga. Namun, saya pikir tahun kejadian kedua peristiwa itu lebih merupakan bukti ketimbang sebuah mukhalinga,” lanjutnya.
Tiga belas tahun setelah insiden Po Nagar, pada 787, prasasti Campa lainnya—Yang Tikuh—menceritakan terjadinya serangan lagi. Kuil Siwa dekat Virapura atau Panduranga atau Phan Rang di Vietnam saat ini, dibakar oleh “orang-orang barbar” dari “Jawa”.
Para ahli umumnya berkesimpulan, orang-orang “barbar” laut selatan—atau Jawa—itu tak lain adalah Sriwijaya-Sailendra. Di masa itu, “Jawa” tak selalu berarti Jawa yang sekarang. Kendati demikian, terdapat sejumlah ahli lain yang beranggapan bahwa piagam Wat Sema Mueang memang murni tentang keagamaan.
!break!Kepala di atas piring
Pada abad kedelapan, Sriwijaya jelas menguasai Semenanjung Malaka hingga Tanah Genting Kra. Jika Campa dan An Nam diserang beberapa kali, Chenla tak luput. Kerajaan Chenla terletak di sebelah barat dari An Nam dan Campa, di Kamboja saat ini. Di akhir abad kedelapan itu, menurut perkiraan sejumlah ahli, Chenla sempat diduduki oleh Sriwijaya-Sailendra.
Kota Indrapura, dekat Kompong Cham di tepi Sungai Mekong saat ini, diduduki sebelum Jayawarman II mengundang pendeta Hindu untuk ritual kemerdekaan atas “Jawa” pada 802. Titik awal berdirinya kerajaan baru yang kelak membangun Angkor Wat. Menurut prasasti Sdok Kok Thom, ditemukan dekat perbatasan Thailand dan Kamboja, Jayawarman II sempat menetap di Jawa. Tak ada keterangan mengenai alasannya.
Sementara itu, saudagar Arab bernama Sulaiman membuat catatan menarik. Meskipun bersifat fiksi dan ditulis pada 851, sebagian ahli memandangnya mungkin dilandasi sejarah.
Sulaiman menulis, “Menurut cerita dari Zabag, tersebutlah seorang raja penguasa Chenla. Chenla terletak pada garis bujur sama dengan Zabag. Jarak kedua negeri ini 10-20 hari berlayar dari utara ke selatan dan sebaliknya.”
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR