"Saya bersama teman-teman juga sempat bikin propaganda—siapa yang mencuri bagian candi akan menuai bencana" ujar Sofiudin Anshori ketika saya bertamu di kediamannya. "Kebetulan atau tidak, ada saja orang yang mendapat akibatnya."
Sofiudin merupakan sosok kepala desa yang masih muda, luwes, dengan rambut sebahu ala rocker 1990-an. Dalam pertemuan pejabat resmi kabupaten, saya pernah menjumpainya dengan rambut dikuncir, berkemeja kotak-kotak, celana jins, dan bertas selempang kulit nan gaul.
Sofiudin hanya bisa mencurigai beberapa orang sebagai pencuri. Dia tidak bisa menuduh mereka karena tidak memiliki bukti kuat. Namun pada kenyataannya, mereka menderita sakit yang tak berkesudahan, bahkan ada yang sampai meninggal.
Dia turut membentuk secara resmi Tim Peduli Liyangan, yang awalnya bertugas membantu keamanan dalam penelitian arkeologi. Tim dibentuk atas keprihatinan pemuda karena banyak temuan situs arkeologi yang dicuri. Anggotanya adalah para warga yang berinisiatif dan sukarela menjaga tinggalan leluhur Liyangan.
Sejumlah 12 warga menjadi anggota tim, dua dari mereka kini bekerja sebagai juru pelihara dan petugas keamanan situs di bawah BPCB. Separuh dari tim masih aktif sebagai pemuat pasir, sehingga bisa mengawasi langsung penambangan di situs tersebut. Andai saja semua anggota tim bisa duduk bersama dalam satu meja, barangkali gambarannya seperti lukisan dinding akhir abad ke-15 berjudul "Perjamuan Terakhir" karya Leonardo da Vinci di Milan, Italia.
!break!DAHI ONG BERKERUT menyaksikan foto dari telepon genggam temannya di Pasar Ngadirejo, sekitar lima kilometer dari Liyangan. Foto yang telah beredar di kawasan Temanggung itu menampilkan teko perunggu berbentuk sosok singa yang keempat kakinya berdiri di atas karpet warna hijau di sebuah ruang tamu.
"Patung singa itu sudah siap mau dijual seharga Rp50 juta," ujar Ong kepada saya sembari mengenang kejadian pada 2011. "Kabarnya singa itu temuan dari situs Liyangan."
Ong adalah nama beken dari Suyanto. Lelaki eksentrik ini berambut sebahu yang dicat merah kecokelatan. Setiap pagi, lelaki berusia 42 tahun ini menjual susu kedelai di Pasar Ngadirejo. Kesibukannya yang lain, ketua paguyuban Persatuan Pedagang Sayur Ngadirejo.
Sejak menyaksikan foto tadi, hatinya panas. Dia melakukan investigasi dalam senyap seorang diri selama dua bulan ala detektif kampung. Ong menyambangi para tetangganya, sekadar mencocokkan karpet dan bentuk kaki meja dalam foto tersebut. Ong pun menemukan siapa si tersangka pencuri, namun dia tetap diam.
Dalam sebuah pertemuan sandiwara, kepala desa mengundang sebagian pemuda, termasuk si tersangka pencuri yang juga seorang penambang pasir. Si pencuri tak berkutik setelah tim menunjukkan foto bukti bahwa singa itu pernah berada di ruang tamunya.
!break!Ong dan rekannya berhasil mengambil kembali singa perunggu, yang saat itu sudah melayang di desa sebelah. Kini, peninggalan leluhur itu telah aman di BPCB Jawa Tengah. "Kalau semua orang tahu tentang latar belakang sejarah barang-barang ini, ya semuanya aman."
Ong merupakan salah satu penggerak Tim Peduli Liyangan. "Dengan membentuk tim, jika ada kejadian lagi, kita harus turut bertanggung jawab," ungkapnya. "Tujuan utamanya untuk melestarikan sejarah dan budaya kami."
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR