Nationalgeographic.co.id—Lubang cacing, jalan pintas dalam ruang dan waktu, telah lama jadi pokok fiksi ilmiah. Tetapi beberapa ilmuwan percaya bahwa kita mungkin dapat segera membuktikan bahwa mereka adalah bagian nyata dari alam semesta. Istilah ilmiah untuk objek eksotis ini adalah jembatan Einstein-Rosen, di mana itu berasal.
Lubang cacing berakar pada teori relativitas umum Albert Einstein, sebuah mahakarya yang inovatif yang mengubah gagasan kita tentang gravitasi di atas kepala kita.
Selama berabad-abad mungkin kita sudah tahu bagaimana gravitasi bekerja. Apel jatuh ke tanah dan Bumi tetap berada di orbit mengelilingi matahari karena tarika gravitasi di antara benda-benda tersebut. Terima kasih kepada Isaac Newton.
Namun Einstein melihatnya secara berbeda, menunjukkan bahwa apa yang kita alami sebagai gravitasi hanyalah pembekokan ruang dan waktu. Bumi mengorbit matahari karena massa bintang kita mengengkokkan ruang di sekitarnya, seperti bola bowling yang akan membengkokkan seprai jika ditempatkan di tengahnya.
Planet kita hanya mengikuti kelengkungan lokal dari struktur ini, yang disebut Einstein sebagai 'ruang-waktu'.
Ide gila itu amat butuh bukti eksperimental untuk mendukungnya. Yang terpenting, gerhana matahari pada 1919 menawarkan kesempatan itu.
Ketika Bulan menghalangi Matahari, hari sudah cukup gelap untuk melihat bintang-bintang di dekatnya. Namun kita tidak melihat bintang-bintang ini di tempat yang sebenarnya karena gravitasi matahari membelokkan cahayanya menuju kita.
Bayangkan ruang sebagai selembar kertas yang luas. Kita tinggal di satu ujung dan kita ingin melakukan perjalanan ke ujung yang lain. Biasanya kita harus berjalan dengan susah payah melintasi seluruh halaman untuk sampai ke sana.
Baca Juga: Catatan Rahasia Isaac Newton tentang Piramida dan Prediksi Hari Kiamat
Akan tetapi, bagaimana jika kita melipat kertas menjadi dua? Tiba-Tiba, tempat kita berada dan tempat yang ingin kita kunjungi tepat bersebelahan.
Lubang cacing disebut karena ia seperti cacing yang mencoba menavigasi jalannya di sekitar apel. Untuk pergi daru atas ke bawah memiliki dua pilihan. Merangkak di luar, atau mengunyah jalan pintas melalui tengah.
Mulanya menemukan amat tipis menemukan lubang cacing. Sampai pada Februari 2016 ketika pra ilmuwan di LIGO (Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory) mengumumkan deteksi gelombang gravitasi untuk pertama kalinya.
Itu adalah riak kecil dalam struktur ruang-waktu, diprediksi oleh relativitas umum, yang menyebar ke seluruh alam semesta seperti riak di kolam.
"Itu adalah pengubah permainan," kata Vitor Cardoso, seorang fisikawan di Universitas Lisbon pada laman Space.
Dua lubang hitam (masing-masing sekitar 30 kali lebih besar dari matahari) telah menabrak satu sama lain 1,3 miliar tahun lalu. Tabrakan dahsyat mereka mengirim tsunami gelombang gravitasi yang mengaum melalui ruang-waktu, akhirnya mencapai instrumen LIGO pda September 2015.
Baca Juga: Surat Albert Einstein yang Berisi Rumus E=MC2 Dijual Rp17,2 Miliar
Penelitian Cardoso menunjukkan bahwa dua lubang cacing yang bertabrakan akan menghasilkan ledakan gelombang gravitasi yang serupa. Menariknya, dia mengatakan bahwa gelombang yang dihasilkan akan sedikt berbeda, memungkinkan kita untuk membedakan antara lubang hitam dan lubang cacing.
Sayangnya, LIGO saat ini tidak cukup sensitif untuk menerima perubahan yang terlambat ini. Namun, para peneliti sedang meningkatkan instrumen LIGO dan itu mungkin terjadi dalam "sepuluh tahun dari sekarang atau lebih," kata Cardoso.
Tapi itu mungkin bukan satu-satunya rute tuk menemukan lubang cacing. Diego Rubiera-Garcia, mantan rekan Cardoso di Universitas Lisbon punya ide lain.
Dia telah mempelajari lubang hitam yang memiliki semua massa yang terjepit menjadi titik yang amat kecil dan padat.
"Setiap pengamat yang mendekati titik ini akan hancur," kata Rubiera-Garcia. "Setelah itu kamu akan menghilang dari ruang-waktu... tidak ada tempat lain untukmu pergi."
Baca Juga: Teori Stephen Hawking soal Lubang Hitam Akhirnya Terbukti Benar
Pada singularitas ini relativitas umum rusak karena persamaanya tidak lagi masuk akal. Dan di situlah lubang cacing masuk. Ketika Rubiera-Garcia menerapakan salah satu aturan alternatif pada fisika lubang hitam, singularitas menghilang, dan matematika menghasilkan lubang cacing sebagai gantinya.
"Maka mungkin bagi seorang pengamat untuk melewati lubang cacing ini dan menyebrang ke wilayah lain di alam semesta," katanya.
Masalahnya adalah jalan pintas melalui kosmos ini mungkin hanya bayangan matematika. Alternarif untuk realtivitas umum yang digunakan Rubiera-Garcia untuk menemukannya mungkin bukan cara kerja alam semesta kita yang sebenarnya. Sama seperti teori ilmiah lain, perlu diuji, seperti yang dilakukan Einstein pada 1919.
Namun deteksi pertama gelombang gravitasi telah mengantar era baru, di mana kita mungkin menemukan bahwa lubang cacing bukan hanya fiksi ilmiah.
Source | : | space.com |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR