Warga juga menyukai boboan, yang daunnya agak pahit, juga disayur asam dan pada kuahnya dimasukkan cabe rawit utuh untuk menambah tingkat pedas. Daun semanggi dijual per kilo. Biasanya semanggi dikukus disiram sambal serai pedas.
Untuk makanan matang, saya biasanya mampir ke penjual di seberang jalan pasar di pojok jalan Diponegoro bernama Mbak Is. Jualannya lengkap, segala macam pepes ikan: pepes tongkol, pepes teri, pepes cumi. Segala macam kue tradisional: orog-orog, sawut, cenil, ketan kirip, lempog gedhang, lanun, lupis, dan precet gedhang (ini pisang kepok yang dicetak precet memakai batok kelapa). Selama puasa, biasanya muncul kue yang hanya muncul pada saat Ramadan yaitu petola. Penggemar sayuran, harus mencoba pecelan Banyuwangi. Berbeda dengan pecel Jawa, pecelan Banyuwangi berbumbu kacang agak kasar, pedas, dan disiram kuah sayur jangan Bali, jantung pisang, dan irisan jagung. Sayurnya ada 12 macam: bunga turi, rebung, kacang panjang, jantung pisang, labu siam, timun, terong, daun pepaya, bayam, toge, belencong saat musim. Setelah dibumbui, disiram kuah sayur Jangan Bali jantung pisang.
Saya menyapu bagian dalam Pasar Banyuwangi. Tempat ini tidak sekotor pasar basah di tempat lain. Tetapi, di sini masih menunjukkan ketidakteraturan. Saya mendapatkan kabar Pemerintah Kabupaten akan memindahkan ke pasar bawah tanah yang dibangun di bawah Taman Belambangan. Saya setuju. Semoga kawasan pasar kian bersih, tetapi suasananya tidak hilang. Dan, filosofi bijak Wali Songo tadi tidak lenyap.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR