Sebuah studi baru dari Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menemukan, bahwa bukti kehidupan purba mungkin telah terhapuskan dari Mars. Temuan tersebut berdasarkan temuan terbaru Curiosity Rover saat menyelidiki batuan sedimen di Mars.
Curiosity menyelidiki batuan sedimen yang kaya akan tanah liat di sekitar lokasi pendaratannya di Kawah Gale. Kawah tersebut bekas danau yang terbentuk ketika sebuah asteroid menghantam Planet Merah sekitar 3,6 miliar tahun yang lalu.
Menurut peneliti, tanah liat adalah penunjuk arah yang baik menuju bukti kehidupan karena biasanya terbentuk ketika mineral berbatu hilang dan membusuk setelah kontak dengan air, yang menjadi sumber utama kehidupan. Itu juga merupakan tempat yang cocok untuk menyimpan fosil mikroba.
Namun, dalam publikasi temuan tersebut di Jurnal Science pada 9 Juli 2021, dijelaskan bahwa saat Curiosity mengambil dua sampel batu lumpur purba, para peneliti menemukan bahwa hanya satu petak berisi hanya setengah dari jumlah mineral lempung yang diharapkan. Sementara, sampel tersebut menyimpan lebih banyak oksida besi, senyawa yang memberi warna merah pada Mars.
Hasil temuan itu membuat tim percaya bahwa penyebab di balik penghilangan geologis itu adalah air asin. Air super asin yang mengalir ke lapisan tanah liat yang kaya mineral dan membuat mereka tidak stabil. Membuangnya dan menghapusnya dari catatan geologis dan bahkan kandungan biologis di tempat itu hingga habis.
Penulis utama studi Tom Bristow, seorang peneliti di Pusat Penelitian Ames NASA di Mountain View, California, mengatakan kepada Live Science, bahwa dulu mereka berpikir bahwa begitu lapisan mineral tanah liat tersebut di dasar danau di Kawah Gale, kondisinya akan tetap seperti itu, melestarikan kandungannya dalam waktu yang membentuknya selama miliaran tahun.
"Namun, kemudian air asin memecah mineral tanah liat di beberapa tempat, pada dasarnya mengatur ulang catatan bebatuan tersebut," katanya.
Baca Juga: Tantangan Besar NASA Selanjutnya? Mencuci Pakaian di Luar Angkasa
Curiosity menyelesaikan misi analisisnya dengan mengebor batuan Mars sebelum menggunakan instrumen kimia dan mineraloginya untuk menyelidiki sampelnya. Proses transformasi kimia dalam sedimen itu disebut diagenesis. Yang menurut penulis penelitian bisa menciptakan kehidupan baru di bawah Mars bahkan ketika itu menghapus bukti kehidupan lama di permukaanya.
Jadi meskipun catatan kehidupan lama mungkin telah terhapus di lapisan air asin, kondisi kimia yang dibawa oleh masuknya air asin mungkin telah memungkinkan lebih banyak kehidupan bermunculan di tempatnya, kata para ilmuwan.
"Meskipun diagenesis dapat menghapus tanda-tanda kehidupan asli di danau tersebut, namun itu menciptakan gradien kimia yang diperlukan untuk mendukung kehidupan di bawah permukaan," kata rekan penulis studi John Grotzinger, seorang profesor geologi di California Institute of Technology, dalam pernyataannya.
Baca Juga: Berkebun di Luar Angkasa Bantu Astronaut Hadapi Rasa Terkurung?
Untuk diketahui, misi Curiosity di Mars dimulai sembilan tahun lalu, tetapi Curiosity terus mempelajari Planet Merah melewati garis waktu misi awal dua tahun, untuk menetapkan kelayakhunian bersejarah Mars untuk kehidupan.
Saat ini, bersama dengan Mars Perseverance Rover yang mendarat pada Februari 2021 lalu, telah ditugaskan untuk mengumpulkan sampel batu dan tanah untuk kemungkinan kembali ke Bumi.
Penelitian yang dilakukan oleh Curiosity tidak hanya mengungkapkan bagaimana iklim Mars berubah tetapi juga membantu Perseverance menentukan sampel tanah mana yang harus dikumpulkan untuk meningkatkan peluang menemukan kehidupan.
Baca Juga: NASA Bikin Peta Endapan Es di Mars, Jadi Pedoman Pencarian Sumber Air
"Kami telah mempelajari sesuatu yang sangat penting. Ada beberapa bagian dari catatan batuan Mars yang tidak begitu baik dalam melestarikan bukti masa lalu dan kemungkinan kehidupan planet itu," kata rekan penulis Ashwin Vasavada, ilmuwan proyek Curiosity di Jet Propulsion NASA
Pencarian kehidupan di Mars telah mendapat animus baru dari sebuah studi baru yang dapat melakukan triangulasi lokasi dari enam emisi metana yang terdeteksi Curiosity Rover selama berada di kawah Gale. Dan karena semua metana di atmosfer Bumi berasal dari sumber Biologis, para ilmuwan sangat senah dengan penemuan metana tersebut di Mars.
Baca Juga: Pemandangan Indah di Planet Mars: Kawah Beku hingga Gunung Api Raksasa
Source | : | NASA,Live Science,Science Magazine |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR