Universitas Indonesia (UI) menggenapi koleksi pohon raksasa baobab afrika menjadi 10 pada Jum'at (6/5). Pohon berdiameter 4,5 meter itu ditanam di depan gedung baru Perpustakaan Pusat kampus UI Depok yang diberi nama "Crystal Knowledge".
Ada alasan tersendiri mengapa pohon baobab terakhir ditanam di depan perpustakaan baru UI. "Perpustakaan dan pohon baobab afrika sama-sama sumber ilmu abadi," kata Rektor UI Gumilar Rusliwa Sumantri. Ini berkaitan dengan keistimewaan pohon yang juga dikenal dengan nama "Ki Tamblek"--seluruh bagiannya memiliki manfaat tinggi. Di sisi lain, perpustakaan juga menyimpan ilmu sebagai penanda peradaban dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Pohon baobab afrika memang memiliki banyak manfaat dan serbaguna. Pohon ini memiliki kandungan vitamin C yang sangat tinggi, hingga enam kali lebih banyak dari kandungan vitamin C pada jeruk. Kadar kalsiumnya pun lebih tinggi daripada susu. Selain itu, daun baobab dapat dimanfaatkan sebagai lalap dan sayuran. Kulitnya dapat digunakan untuk membuat tali maupun pakaian. Sedangkan kandungan mineralnya yang tinggi dan zat-zat lain yang terdapat di dalamnya dapat digunakan sebagai obat.
Di Eropa, buah pohon ini sudah diterima sebagai produk alam dari Afrika. Daging buahnya diproduksi dalam kemasan bubuk yang digunakan masyarakat Eropa sebagai bahan tambahan dalam pembuatan sup dan berbagai makanan olahan lainnya.
UI memindahkan pohon berdiameter rata–rata 3,5-4,7 m dan berat 50-120 ton itu sejak akhir September tahun lalu. Sebelumnya, pohon-pohon berada di lokasi kebun tebu PT PG Rajawali 2 di Desa Manyingsal, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Proses pemindahan dilakukan secara bertahap dan tercatat sebagai relokasi pohon raksasa pertama di dunia.
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
'Hutang Kehormatan' Hingga Pasang Surut Penerapan Politik Etis
KOMENTAR