Pada 1974, acara radio disko ditayangkan di WPIX-FM. Selain Mancuso, ada juga DJ lain yang turut membantu penyebaran genre musik tersebut. Antara lain seperti Nicky Siano, Shep Pettibone, Larry Levan, dan Walter Gibson.
Terobosan musik disko datang pada akhir 1970-an ketika lagu-lagu disko mulai menduduki puncak tangga lagu musik. Lagu Love Train dari O'Jays adalah lagu disko pertama yang menduduki pucak Billboard Hot 100.
Musik disko mulai populer secara global sekitar 1980-an. Banyak artis yang bukan musisi juga membuat beberapa lagu disko.
Baca Juga: Borobudur, Jejak Persaudaraan Lintas Bangsa dalam Ekspresi Bermusik
Ada yang mengatakan bahwa adegan klub dansa disko dimulai pada 1960-an di New York dengan diskotek bernama Regine's, Le Club, Shepheard's, Cheetah, Ondine, dan Arthur. Klub yang dibuka oleh aktor bernama Sybil Burton itu menampilkan DJ Terry Noel menurut laman Vanity Fair. Terutama diskotek Arthur, menarik kerumunan selebritas yang bermukim di Peppermint Lounge, bar yang ramai di Time Square.
Ada juga yang bilang klub Prancis, Chez Castel dan Chez Régine yang memulai semuanya. Tempat seseorang mendengar lagu-lagu erotis seperti duet Serge Gainsbourg dan Jane Birkin "Je T'Aime...Moi Non Plus". Melahirkan budaya disko yang membawa penggunaan narkoba secara terbuka dan seks sepanjang malam.
Pengalaman musik di klub disko dikenang dalam kabut yang psikedelik. Lampu sorot yang berkedip dan tubuh yang berkeringat mengikuti ritme energi. Tidak ada seorang pun yang masih mengingatnya dengan cara yang sama.
Vince Aletti, kolumnis disko, Record World, 1974–78; penulis The Disco Files mengatakan, "The Loft adalah klub pertama yang saya ingat memilik campuran musik semacam ini. Itu benar-benar lonteng David Mancusi di Broadway yang lebih rendah. Itu adalah pesta, pribadi, sepanjang malam, dan hanya buka satu malam dalam seminggu. Dia memiliki meja besar berisi punch (minuman non-alkohol), pretzel, buah-buahan...itu sangat hippie," demikian Vanity Fair melansirnya.
Baca Juga: Apa Salah Musik-Musik Barat Seperti The Beatles di Telinga Sukarno?
Source | : | Vanity Fair,World Atlas |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR