Genre disko kembali menari ke pusat musik pop. Suara disko adalah campuran dari ketukan empat lantai yang stabil pada pola hit-hat not ke-16 dengan garis bass elektrik yang menonjol dan quiver not kedelapan.
Musik latar disko biasanya dibuat dari string section, terompet, piano elektrik, dan ritme gitar. Terkadang instrumen seperti seruling dan gitar utama juga digunakan. Karakteristik lain dari genre ini adalah penggunaan lampu mencolok dengan warna berbeda dan penggnaan drama musikal.
Pada pertengahan 1970-an, penonton mengidentifikasi diri mereka dengan DJ daripada musik. Sub-genre disko sendiri meliputi disko italo, disko euro, disko luar angkasa, polo disko, dan nu-disko.
Baca Juga: Para Ilmuwan Ini Ubah Virus Corona Menjadi Instrumen Musik Indah
Asal muasal musik disko dapat ditelusuri kembali pada awal 1970-an dan muncul dari subkultur perkotaan. Beberapa pengamat berpendapat bahawa disko merupakan reaksi terhadap dominasi musik rock serta stigmasisasi musik dance oleh budaya tandingan yang muncul saat itu.
Klub disko awal terdapat di New York di mana pesta pribadi diadakan. Seorang DJ kota bernama David Mancuso mengadakan pesta bawah tanah pribadi. Dia melakukan itu untuk menciptakan lingkungan yang cukup baik agar orang bisa menari bersama tanpa takut akan tindakan polisi.
Ya, penampilannya menarik sejumlah besar komunitas gay yang dilecehkan di bar New York oleh para polisi. Alhasil, disko rumahan Mancuso membuat genre ini populer di kalangan komunitas gay. DJ David Mancuso memainkan peran penting dalam pertumbuhan, perkembangan, dan penyebaran musik disko.
Baca Juga: Nasib Musik Tanjidor: Dari Kaum Mardijker Sampai Kaum Pinggiran
Source | : | Vanity Fair,World Atlas |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR