Penelitian ini menambah bukti yang menunjukkan bahwa masalah pendengaran mungkin bukan hanya gejala demensia, melainkan juga merupakan faktor risiko demensia yang mungkin dapat mengingatkan orang-orang, keluarga mereka, atau para dokter tentang permulaannya sebelum kerusakan dimulai.
"Ada minat khusus pada gangguan pendengaran dan apakah itu dapat meningkatkan risiko demensia," ujar Thomas Littlejohns, ahli epidemiologi dari University of Oxford yang menjadi salah penulis studi ini.
"Sementara awal, hasil ini menunjukkan bahwa gangguan pendengaran dalam kebisingan dapat mewakili target yang menjanjikan untuk pencegahan demensia."
Pada 2017, gangguan pendengaran terdaftar bersama dengan merokok dan kurangnya aktivitas fisik sebagai salah satu dari sembilan faktor risiko utama demensia yang dapat diubah. Laporan Lancet yang penting itu segera diperbarui pada tahun 2020 untuk memasukkan tiga faktor risiko lagi, sehingga totalnya menjadi 12.
Baca Juga: Studi: Terlalu Banyak Minum Kopi Bisa Bikin Otak Manusia Menyusut
Kata kunci di sana adalah "dapat diubah". Artinya, faktor-faktor risiko ini adalah elemen gaya hidup dan kesehatan umum kita yang dapat ditingkatkan, dan jika demikian, dapat meningkatkan kesehatan kita secara keseluruhan dan mengurangi kemungkinan mengalami gangguan kesehatan tersebut.
Diperkirakan, dalam laporan Lancet tersebut, bahwa dari 12 faktor risiko demensia, gangguan pendengaran mungkin memiliki beban tertinggi dari semuanya. Jadi, orang-orang dengan gangguan pendengaran yang tidak tertangani di usia paruh baya memiliki kemungkinan lima kali lebih besar untuk mengalami demensia di usia tua mereka.
Untuk menyelidiki lebih lanjut, para peneliti dari University of Oxford di balik penelitian ini memanfaatkan Biobank Inggris, sebuah basis data penelitian yang dibuat untuk mencari tahu hubungan antara genetika, faktor lingkungan, dan hasil kesehatan di sebagian besar populasi Inggris.
Risiko demensia dianalisis untuk sekelompok lebih dari 82.000 wanita dan pria, berusia 60 tahun atau lebih, yang bebas dari demensia. Pendengaran mereka semua dinilai pada awal penelitian.
Baca Juga: Langkah-langkah Mengurangi Resiko Demensia yang Perlu Anda Ketahui
Para peserta itu diuji pendengarannya dalam kebisingan, yaitu kemampuan untuk memilih potongan pembicaraan di lingkungan yang bising. Dalam hal ini, yang dinilai adalah kemampuan mereka dalam mengenali angka-angka yang diucapkan dengan latar belakang kebisingan.
Setelah 11 tahun atau lebih, 1.285 peserta tersebut telah mengalami demensia, berdasarkan catatan kesehatan mereka.
"Peserta yang memiliki pendengaran lebih buruk memiliki risiko dua kali lipat terkena demensia dibandingkan dengan mereka yang memiliki pendengaran yang baik," kata Littlejohns, seperti dilansir Science Alert.
Para peneliti juga mempertimbangkan apakah gangguan pendengaran orang benar-benar terkait dengan faktor lain yang diketahui mempengaruhi risiko demensia, seperti isolasi sosial dan depresi, yang keduanya mungkin terjadi jika orang mengalami kesulitan mendengar.
"Tapi kami menemukan sedikit bukti bahwa inilah masalahnya," ucap Littlejohns.
Ini bukan studi pertama yang menemukan hubungan antara gangguan pendengaran dan demensia, tetapi tim penelitian mengatakan studi ini adalah yang pertama untuk menyelidiki risiko demensia dan kemampuan pendengaran orang-orang di lingkungan yang bising yang lebih khas dari kehidupan kita sehari-hari. Laporan lengkap studi ini telah terbit di Alzheimer's & Dementia: The Journal of the Alzheimer's Association pada 21 Juli 2021.
Baca Juga: Hindari Demensia di Usia Muda, Lakukan Kebiasaan Berikut Ini
Source | : | Science Alert,alodokter |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR