Pemerintah Jepang melalui Kepala Sekretaris Kabinet Osamu Fujimura, Kamis (17/11) lalu mengumumkan pelarangan terhadap pengiriman beras dari area Onami di Prefektur Fukushima, karena pencemaran zat radioaktif. Onami berada dalam radius 57 kilometer pembangkit listrik nuklir Fukushima.
Menurut tes yang dilakukan, padi yang ditanam di sekitar daerah itu terdeteksi mengandung Caesium-137 dengan kadar melebihi normal.
Batas aman seharusnya maksimal 500 becquerels/kilogram, sementara menurut perhitungan Tappei Yasunari dari Asosiasi Riset Luar Angkasa di Maryland, Amerika Serikat, kadar caesium di tanah Fukushima adalah 8 kali di atas batasan normal itu. Ini membuat berasnya tidak layak dikonsumsi.
Setelah gempa dahsyat dan tsunami bulan Maret, fungsi pendingin pada tiga dari enam reaktor nuklir PLTN Fukushima Daiichi gagal berfungsi, hingga kemudian melepas material-material radioaktif.
"Apabila kami telah mendapatkan konfirmasi bahwa setiap butir padi aman, baru kami akan menarik kembali larangan pengiriman," ujar Fujimura menegaskan.
Nick Beresford dari Pusat Ekologi dan Hidrologi di Lancaster, Inggris mengungkapkan, Caesium-137 lebih diperhatikan daripada unsur radioaktif lain. Sebab keberadaannya yang mampu bertahan hingga puluhan tahun, bahkan lebih lama lagi pada tanah organik. Zat ini akan terikat dengan komponen mineral lain dan menghambat penyerapan unsur hara dalam tanaman.
"Meski demikian, pembajakan tanah dan pemupukan berkala dapat mengurangi kemungkinan tanah menyerap unsur-unsur itu," terang Beresford. (Sumber: AFP, Telegraph, Huffington Post)
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR