Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Widjajono Partowidagdo menegaskan pemerintah akan terus mencari beberapa bahan bakar alternatif selain bahan bakar minyak (BBM) dan bahan bakar sas (BBG). Salah satunya adalah mengalihkan pemakaian BBM dengan bahan bakar nabati (BBN).
"Salah satunya adalah kemiri sunan karena memiliki kandungan minyak nabati yang baik. Ini bisa digunakan untuk keperluan bahan bakar biodiesel karena lebih bagus dan lebih ekonomis," papar Widjajono dalam acara Focus Group Discussion Bahan Bakar Minyak ke Bahan Bakar Gas yang digelar Fakultas Teknik UGM di Jakarta, Kamis (1/3).
Sementara menanggapi rencana pemerintah untuk menaikan harga BBM, Widjajono yakin hal itu akan tetap memberikan berkah kepada masyarakat. Sebab, masih ada sebagian dana yang bisa dimanfaatkan untuk sektor-sektor lain dari pengaturan BBM bersubsidi.
"Apalagi saat ini beberapa perguruan tinggi juga telah mengembangkan alat penghemat bahan bakar minyak serta konverter kit. Jadi, jika ada kenaikan harga BBM tidak akan terasa karena ada alat penghemat BBM yang bisa menghemat BBM 30-50 persen,”urainya.
Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita Legowo mengatakan bahwa rencana kenaikan harga BBM saat ini masih dibahas dengan DPR. Program tersebut bertujuan untuk meningkatkan ketahanan energi nasional baik jangka pendek maupun jangka panjang. “Khusus angkutan umum untuk konverter kit baik jenis CNG maupun LGV nantinya akan diberikan gratis,” kata Evita.
Sementara itu dosen Jurusan Teknik Mesin dan Industri UGM, Jayan Sentanuhady, menilai kebijakan penggantian BBM ke BBG adalah ide yang sangat bagus. Karena akan mengurangi subsidi secara signifikan. Terkait rencana program konversi April mendatang, Jayan mengatakan perlu dilakukan kajian lebih dulu berkaitan dengan isu keselamatan gas, jaminan pasokan gas, dan kesiapan infrastruktur.
Pemerintah juga perlu memastikan jaminan pasokan BBG di setiap SPBG, pemerataan pembangunan SPBG beserta infrastrukturnya, serta penyediaan konverter kit untuk mobil pribadi. Sosialisasi juga diperlukan bagi pengguna BBG.
“Jangan lupa pula pengembangan standarisasi komponen, instalasi, teknisi, dan maintenance sebelum proses implementasi massal dilakukan,” kata Jayan.
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR