Kerapu, salah satu ikan besar di laut, menjadi produk andalan Indonesia. Masuk dalam famili Serranidae, rasa kerapu digemari karena dianggap manis dan gurih. Bukan hanya pasar lokal Indonesia yang menggemarinya, tapi juga mancanegara.
Eva Stephani sebagai Quality and Sustanaible Coordinator Anova Asia, perusahaan pengekspor ikan asal Belanda, mengatakan, kerapu dan kakap merah (Lutjanus campechanus) menjadi pilihan utama konsumen di Eropa. Namun, ikan-ikan tersebut harus berasal dari penangkaran untuk tetap melestarikan jenisnya.
"Produk tangkapan kami harus legal, ramah lingkungan. Selain itu tidak boleh menjadi korban over-fishing," kata Eva ketika ditemui dalam peluncuran Buku Panduan Praktik Perikanan Berkelanjutan (BMP Perikanan Berkelanjutan) di kantor WWF, Jakarta, Kamis (26/4).
Menurut Direktur Kesehatan Ikan dan Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Tri Aristiyani, kerapu hidup dengan baik dalam karamba. Selain mudah dimonitor, kesehatan kerapu juga bisa dikontrol. "Sulit untuk mengontrol kerapu di laut. Kalau mereka sakit, kita ngga bisa beri obat," kata Tri.
Kerapu, kata Tri, paling banyak dibudidayakan di Lampung, Situbondo, dan Bima (NTB). Dengan permintaan terbanyak adalah kerapu bebek/tikus (Hiump back grouper). "Satu kilogram kerapu tikus bisa mencapai Rp350.000, satu ekornya itu bisa mencapai bobot 2,5 kilogram," ujar Tri.
Pembudidaya dengan 300 ekor kerapu, bisa menghasilkan omset Rp1,6 miliar per tahunnya dengan sistem dua kali panen. Namun, benih kerapu ini pun tidak murah karena mencapai harga Rp150 juta - Rp200 juta sekali tebar. "Budidaya kerapu ini memang agak lama, enam bulan. Tapi inilah ikan yang diingini konsumen, dalam dan luar negeri," papar Tri lagi.
Menurut buku panduan Budidaya Ikan Kerapu, Sistem Karamba Jaring apung & Tancap yang dikeluarkan WWF-Indonesia, ada enam tipe kerapu yang dibudidayakan. Kerapu lumpur (Orange spotted grouper), kerapu sunu (Leopard coral trout), Barred-check coral trout, kerapu bintik (Dusky trail grouper), kerapu bebek/tikus, dan kerapu macan (Brown marble-grouper).
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR