Selama hampir setahun, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu merawat seekor anak gajah Sumatra (Elephas maximus Sumatrae) yang diduga korban konflik antara gajah dengan manusia, sehingga terpisah dari kelompoknya.
"Anak gajah betina itu ketika ditemukan berumur enam bulan, terlunta-lunta sendirian di sekitar perkebunan sawit PT Alno," jelas Koordinator Pusat Konservasi Gajah (PKG) Seblat, Kabupaten Bengkulu Utara, Erni Suyanti Musabine, dilansir Antara News (8/5).
Anak gajah yang diberi nama Bona itu tersesat di perkebunan dan dilaporkan kepada pihak BKSDA oleh salah seorang karyawan perkebunan. "Setelah menerima laporan itu tim langsung melakukan penyelamatan dan membawanya ke PKG Seblat," ujar Erni.
Kondisi Bona saat itu sangat lemah karena diperkirakan sudah 15 hari di dalam perkebunan sawit tanpa makanan. Sehingga perawatan intensif langsung diberikan oleh petugas BKSDA di PKG Seblat yang sebagian besar adalah pawang gajah dari 18 gajah binaan di PKG itu.
Dana yang terbatas membuat perawatan Bona mengalami tantangan. Sebab, anak gajah itu hanya mengkonsumsi susu nabati atau kedelai dengan harga Rp180.000 per kaleng untuk dihabiskan dalam satu hari. Ia mengatakan, sebenarnya dapat dilakukan penelurusan kelompok gajah yang merupakan induk Bona.
"Kuat juga dugaan kami bahwa induk Bona adalah salah satu dari tujuh gajah dewasa yang mati selama 2011. Hingga anak gajah itu hidup sendiri terpisah dari kelompok," tambahnya.
Pembukaaan lahan untuk perkebunan besar serta perambahan liar oleh masyarakat membuat ruang gerak gajah semakin terbatas. Sehingga konflik meruncing dan gajah rentan menjadi korban. Gangguan terhadap kawasan hutan produksi dengan fungsi khusus PKG Seblat seluas 7.900 hektare menjadi penyebab utama terancamnya kelestarian satwa langka itu.
Dunia Bantu Bona
Kabar mengenai Bona menyebar di antara pemerhati lingkungan melalui jejaring media sosial. Lima minggu terakhir, terkumpul donasi untuk Bona yang dibawa tiga relawan asal Australia dan Selandia Baru. Amanda French dari Australia, Senin (7/5) mengatakan, sebagain besar donatur yang membantu Bona merupakan perseorangan dari berbagai negara, seperti Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, Inggris, Swedia, dan Swiss.
Selain itu, ada juga Qantas, perusahaan farmasi dan toko sepatu. Donasi digunakan untuk menyediakan pakan. Menurut Koordinator PKG Seblat Erni Suyanti Musabine, anggaran pakan Bona dari Pemerintah Rp50.000 per hari tidak cukup untuk susu dan suplemen.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR