Christmas Island, bagian dari teritori Australia di Samudra Hindia, tidak lagi memiliki spesies kelelawar Christmas Island pipistrelle (Pipistrellus murrayi). Spesies ini terakhir kali didokumentasikan pada Agustus 2009 dan sejak itu tidak lagi ada penampakannya.
Menurut jurnal di Conservation Letters, kelelawar ini dipastikan sudah punah setelah tidak ada tindakan apa pun dari Pemerintah Australia untuk mencegah penurunan jumlahnya. Dengan demikian, kelelawar ini jadi mamalia pertama yang punah di Negeri Kangguru dalam 50 tahun terakhir.
Christmas Island pipistrelle - mamalia mungil hanya seberat uang koin - diketahui memakan serangga. Cara hidupnya dengan bertengger di cekungan pohon dan vegetasi yang membusuk. Beberapa dekade lalu, hewan ini diketahui hidup menyebar di Christmas Island, bergerombol sebanyak 50 individu atau lebih.
"Belum diketahui apa dampak ekologi jangka panjang punahnya pipistrelle, tapi hilangnya mereka akan berujung pada bertambahnya jumlah serangga," kata Tara Martin dari Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO), Rabu (23/5).
Jumlah pipistrelle di Chirstmas Island sempat melimpah sebelum pertengahan 1980-an. Namun, selepas masa itu, jumlahnya mengalami penurunan drastis dengan kehilangan yang nampak mencolok. Tak ada lagi komunitas mereka di habitat yang biasa ditemui. Data antara tahun 1994 hingga 2006, menyebut jika populasi pipistrelle menurun hingga 80 persen.
Pada Januari 2009, sebuah ekspedisi menemukan hanya empat individu pipistrelle di satu pohon yang sama. Pengamat kelelawar Lindy Lumsden menyatakan saat itu sudah ada peringatan yang dikeluarkan untuk Pemerintah Australia. "Jika angka penurunan ini terus bertahan, maka kemungkinan spesies in akan punah pada enam bulan ke depan," demikian bunyi peringatan Lumsden saat itu.
Lumsden baru mendapat izin menangkap dan menangkar pipistrelle pada Agustus 2009. Tapi lamanya rentang waktu perizinan membuat pipistrelle ini gagal selamat dari kepunahan. Selama empat pekan melakukan survei lokasi, Lumsden dan timnya hanya menemukan satu indvidu pipistrelle. Itu pun tidak bisa mereka tangkap hingga akhirnya tidak terlihat sama sekali pada 26 Agustus 2009.
Belum diketahui secara pasti penyebab punahnya mamalia ini. Hanya ada perkiraan berupa hadirnya spesies ular sebagai predator dan invasi dari semut kuning. Selain itu dipertimbangkan pula adanya penyakit yang menyebar meski belum ditemukan bukti yang menguatkan perkiraan terakhir ini.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR