Urin kambing etawa yang selama ini dikenal memiliki bau yang tidak sedap dan menyengat, ternyata berpotensi menjadi pupuk organik. Bahkan pupuk ini mampu menjaga, memelihara kesuburan tanah dan tanaman, serta mengurangi serangan hama.
Pupuk cair dari urin kambing etawa yang dinamakan "purinowa" ini berasal dari peranakan etawa yang telah difermentasi. Dengan dicampur empon-empon (rempah-rempah), molase dan bahan organik lainnya, maka urin ini bisa menjelma menjadi pupuk organik yang bermanfaat.
Inilah inovasi baru dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Munif Khoriunamala. Penemuannya bermula dari keluhan warga Dusun Barak I, Margoluwih, Sayegan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, terhadap bau urin kambing etawa yang tidak sedap. Keluhan ini akhirnya berbuah manis karena bisa ditindaklanjuti dengan ide membuat pupuk organik.
“Saya bersama tim membuat bak penampung urin kambing dengan kapasitas 2.000 liter. Bak tersebut menampung urin dari sepuluh ekor ettawa. Tiap hari rata-rata satu ekor minimal menghasilkan tiga liter urin,” katanya.
Satu minggu sekali, urin dalam bak penampung diambil dan dipindahkan ke dalam tabung fermentasi. Namun, sebelumnya dalam tabung tersebut sudah dicampur dengan bahan organik untuk mempercepat proses fermentasi.
Urin yang sudah dicampur bahan organik tersebut dibiarkan mengendap selama tujuha hari, supaya mendapatkan hasil fermentasi yang lebih baik. Untuk menghilangkan bau amoniak, maka cairan urin fermentasi mendapatkan perlakuan aerasi dengan menggunakan pompa.
Dosen peneliti FKH UGM, Sarmin, mengatakan purinowa telah diuji di laboratoirum. Diketahui kandungan nitrogen (N), phospat (P), dan kalium (K) dari urin etawa lebih tinggi dibanding dari urin sapi dan kelinci. Sehingga sangat baik untuk dimanfaatkan untuk pupuk organik. “Yang kita tahu, pengalaman petani di sini setelah menggunakan purinowa ini bisa mengurangi serangan hama,” katanya.
Indarto (45), salah satu peternak, mengaku mendapatkan banyak manfaat dengan adanya purinowa ini. Sumber penghasilan mereka dari kambing etawa pun bertambah. Karena tidak hanya lewat susu etawa, tetapi urin kambing yang berasal dari India ini juga bisa dimanfaatkan.
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR