Parfum merupakan salah satu produk komestik yang disukai oleh masyarakat. Sayangnya, Indonesia masih sering tergantung dari impor hingga harganya melambung tinggi. Padahal, bila dikaji lebih lanjut, Indonesia memiliki kekayaan alam yang mampu mendukung industri parfum ini.
Data International Cosmetics Club menyebutkan impor produk kosmetik mencapai Rp4-10 miliar per bulan. Pada tahun 2006, impor selama setahun mencapai Rp1 triliun. Sedangkan untuk pasaran lokal, menurut Persatuan Kosmetik Indonesia (Petosmi), omset penjualan kosmetik bisa mencapai Rp40 miliar untuk satu perusahaan besar per bulan.
Untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk impor ini maka seorang peneliti dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Budi S.Daryono, mencoba berinovasi dengan mengembangkan kultivar baru dari buah gama melon parfum.
Kultivar, singkatan dari cultivated variety, merupakan varietas yang dikultivasikan. Tanaman budaya yang sifat dan induknya belum diketahui secara pasti, biasanya merupakan hasil persilangan alami.
“Kultivar baru ini merupakan hasil persilangan antara indukan NO3 dengan MR5. Kultivar ini mempunyai karakter fenotip ukuran buah kecil, kulit buah berwarna hijau dan terdapat ornament unik, rasa pahit, namun memiliki aroma yang sangat wangi,” kata Budi, Selasa (4/9).
Budi menuturkan setiap satu pohon gama melon parfum rata-rata bisa berbuah antara empat hingga sepuluh dengan berat per buahnya antara 50 gram hingga 4 ons. Sedangkan untuk masa panen membutuhkan waktu sekitar 55-58 hari.
Ia menambahkan aroma wangi yang sangat kuat dari buah tersebut berpotensi dapat dijadikan bahan baku parfum dari bahan alam. Kultivar gama melon parfum ini dapat dijadikan subtitusi bahan baku parfum yang selama ini berasal dari bahan sintetik yang cenderung tidak ramah lingkungan.
“Kultivar gama melon parfum ini telah selesai melalui uji adaptasi dan akan dilakukan karakterisasi genetik serta senyawa volatil yang terkandung di dalamnya. Dari program ini diharapkan mampu dihasilkan benih unggul kultivar gama melon parfum yang mampu dijual ke petani serta dihasilkan pula produk parfum yang mampu dijual ke konsumen,” ujar Budi
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR