Kepulauan Raja Ampat di Papua bukan hanya garda terdepan Indonesia dalam hal pariwisata. Lokasi ini juga jadi area utama konservasi kelautan yang dikenal sebagai Jantung Segitiga Karang Dunia.
Raja Ampat memiliki 1.459 spesies ikan karang, 553 spesies karang keras, 42 spesies udang manis, dan 16 spesies mamalia laut. Kekayaan ini membuat warga Raja Ampat harus bertindak sebagai penjaga utamanya. Tindakan awal dimulai dari masa kanak-kanak, yang akhirnya melahirkan program "Kalabia."
Kalabia, diambil dari nama lokal hiu bambu atau hiu berjalan (Hemiscyllium freycineti). Spesies ini merupakan endemik di Raja Ampat. Kalabia berwujud kapal motor yang dirancang untuk program pendidikan dan sudah berjalan sejak tahun 2008. Dengan moto "Berlayar Sambil Belajar", Kalabia mengunjungi 120 kampung yang ada di Kepulauan Raja Ampat. Tiap kampung disinggahi selama tiga hari dengan sasaran utama anak-anak.
Anak-anak ini diajari mengenai berbagai spesies yang hidup berdampingan dengan mereka di Raja Ampat. Cara mendidik pun disesuaikan diselingi permainan dan lembar kerja berwarna menarik.
"Harus ada yang bertanggung jawab untuk mengelola Raja Ampat. Butuh generasi baru dalam pemahaman lingkungan hidup," kata Abraham Gaman, Ketua Tim Pengarah Yayasan Kalabia, saat ditemui di atas KM Kalabia, Kamis (4/10).
Program ini awalnya dibiayai oleh Conservation International (CI) Indonesia dengan dukungan Pangeran Albert dari Monaco. Namun, sejak Juli 2012, dukungan itu terhenti. Program pendanaan kini diambil alih oleh Pelabuhan Indonesia II yang kini bersolek dengan nama Indonesia Port Corporation (IPC).
Dikatakan Lunggana, Vice President Bina Lingkungan dan CSR IPC, besaran usulan untuk Kalabia adalah Rp21 miliar untuk lima tahun. Dengan biaya per tahun Rp2 miliar, akan naik tiap tahunnya sesuai dengan inflasi dan perkembangan pendidikan. "Sayang sekali jika anak-anak kita dididik orang luar. Padahal kita masih bisa mendidik mereka," ujar Lunggana.
Pendanaan ini rencananya akan diluncurkan pada November 2012, berupa penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) oleh para pihak terkait. "Diharapkan akan ada pihak lain yang termotivasi agar nantinya muncul Kalabia-Kalabia lain di seluruh Indonesia," kata Lunggana.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR