Situs Trowulan yang berlokasi di Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, menyimpan sisa keagungan Kerajaan Majapahit, sehingga terus diteliti. Menurut sejarawan dari Universitas Negeri Surabaya, Hanan Pamungkas, Trowulan hampir dipastikan sebagai pusat Kerajaan Majapahit karena memiliki situs pemukiman padat penduduk.
Trowulan ditetapkan menjadi cagar budaya sesuai UU No. 11 Tahun 2010 dan sebagai laboratorium arkeologis terlengkap di nusantara dengan luas 99 kilometer persegi. Ratusan ribu temuan benda peninggalan, berupa artefak, ekofak, serta fitur yang diperkirakan berasal dari abad 12 hingga 15 Masehi, didapatkan dari cagar budaya Trowulan.
Pusat Arkenas hampir setiap tahun menjadwalkan macam-macam penggalian arkeologis di kawasan ini. Penelitian juga dilakukan para mahasiswa jurusan arkeologi, dosen arkeologi, peneliti, arsitek, dan ahli sejarah dari berbagai kampus dan lembaga penelitian. Sudah tak terhitung berapa ribu kali penggalian arkeologis dan penelitian di Trowulan.
Data Badan Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur mencatat, penelitian telah dilakukan sejak 1815 oleh JW Bartholomeus Wardenaar, seorang peneliti kebangsaan Belanda.
Majapahit merupakan kerajaan Hindu-Jawa yang didirikan pertama kali oleh Raden Wijaya. Kerajaan dan peradaban Majapahit mengalami keruntuhan sekitar awal abad ke-16. Raja yang tersohor di Majapahit ialah Hayam Wuruk dengan patihnya, Gajah Mada. Pada masa pemerintahan, mereka berdua membawa Majapahit ke masa kejayaan.
Berbagai upaya penelitian terus dilakukan di Trowulan demi mengungkap masa keemasan Majapahit. Namun, aktivitas industri batu bata makin menjamur saat ini bisa mengancam keberadaan peninggalan Majapahit di Trowulan yang masih terpendam.
Hanan Pamungkas menilai, penggalian arkeologis seolah berpacu dengan kerusakan yang terjadi di tanah Trowulan akibat industri batu bata tersebut. Hingga sekarang, 75 persen tanah peninggalan Kerajaan Majapahit pun sayangnya sudah rusak.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR