Melansir LiveScience, Lisa Matisoo-Smith dari Department of Anatomy di University of Otago menanggapi makalah ini. Dia menyarankan bahwa penelitian DNA harus lebih sedikit berhati-hati dalam menganalisa.
"Hasil [DNA] tidak bagus, seperti yang dicatat oleh penulis, tetapi kemungkinan interpretasi bahwa individu tersebut memiliki Klinefelter cukup didukung berdasarkan data yang tidak merata," ujarnya.
Tanggapan lain juga datang dari peneliti National Museum of Denmark Leszek Gardela. Dia menanggapi secara positif, karena penelitian ini karena mengungkap "masyarakat abad pertengahan awal yang memiliki pendekatan sangat bernuansa dan memahami tentang identitas gender," ujarnya.
Temuan ini juga berbeda dengan gagasan awal bahwa lingkungan Skandinavia pada awal abad pertengahan yang sangat maskulin, "peran feminim dan pria yang menggunakan pakaian feminim tidak dihargai dan dianggap memalukan," terang Moilanen dan tim dalam makalahnya.
Baca Juga: Yggdrasil, Pohon Raksasa yang Menopang Kehidupan dalam Mitologi Nordik
Gardela menerangkan, bahwa pembahasan gender dalam jenazah di Skandinavia lewat analisis tempat kuburannya, ada beberapa contoh yang harus dipahami. Dia merujuk contoh lain yang menyatakan bahwa jenazah wanita ada yang dikuburkan dengan pedang di sisi kiri tubuhnya--seperti yang ditemukan para arkeolog sebelumnya.
Meski demikian, pada faktanya pedang sebenarnya diletakkan di sisi kanan seseorang. Penempatan pedang yang tidak biasa yang diungkap arkeolog tahun 1968 ini menyiratkan seolah ada sesuatu yang 'berbeda' dari jenazah, terang Gardela.ta para peneliti, seperti berasal dari keluarga kaya atau berpengaruh atau menjadi dukun.
Ahli paleogenetika dan akademisi dengan keahlian dalam analisis DNA kuno yang dihubungi oleh situs Livescience umumnya mengatakan penelitian itu “meyakinkan” dalam menunjukkan orang yang dikuburkan di Suontaka kemungkinan bukan biner.
Para arkeolog dan sejarawan juga mendukung temuan tersebut, dengan mengatakan bahwa “menarik” melihat karya baru yang melibatkan pertanyaan gender dan identitas. Leszek Gardea dari Museum Nasional Denmark mengatakan penelitian tersebut menunjukkan masyarakat awal abad pertengahan “memiliki pendekatan yang sangat bernuansa dan pemahaman tentang identitas gender”.
Baca Juga: Mengapa Perempuan Lebih Menderita Secara Finansial Selama Pandemi?
Source | : | livescience,Cambridge Journal,The Guardian |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR