Lima perupa Indonesia memamerkan karya instalasinya di Venice Biennale 2013. Pameran seni rupa kontemporer dua tahunan sejak 1895 itu bertujuan memasarkan karya seni rupa dari seluruh dunia.
Kelima perupa yang berangkat ke Venice Biennale adalah Albert Yonathan Setyawan, Eko Nugroho, Entang Wiharso, Sri Astari, dan Titarubi. Mereka akan mengisi Paviliun Arsenale seluas 500 meter persegi.
Paviliun itu dibuka produser Bumi Purnati bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kemenparekraf mengeluarkan dana Rp2,5 miliar.
"Dukungan kami jangan dilihat sebagai pembelanjaan, tetapi investasi," kata Wakil Menteri Pariwisata Sapta Nirwandar, di Jakarta, Kamis (10/1). Keikutsertaan pameran memberi dampak terhadap pencitraan Indonesia, yang penting bagi industri pariwisata.
Paviliun Arsenale merupakan salah satu venue utama. Restu Imansari Kusumaningrum dari Bumi Purnati mengatakan, Indonesia baru pertama kali membuka paviliun di sana.
Untuk keperluan pameran ke Venice Biennale, para perupa mengeluarkan biaya produksi sendiri. Titarubi menghabiskan biaya hingga Rp100 juta untuk membuat karya instalasi berjudul "Bacalah."
Ia membuat sembilan bangku dari dari kayu-kayu tua bekas rel kereta api untuk memunculkan efek terbakar seperti arang. Lalu, ia meletakkan sebuah buku besar pada bangku-bangku itu.
Ia berharap pemerintah terus mendukung perupa Indonesia ikut ke Venice Biennale. Ajang ini bisa jadi peluang seni rupa Indonesia mendunia.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR