Pada 1 April 2013 yang akan datang, Yayasan IAR Indonesia (YIARI), LSM yang bergerak di bidang penyelamatan satwa baik domestik maupun liar, akan melakukan pemindahan 12 individu kukang sumatra (Nycticebus coucang).
Translokasi dilakukan dari Pusat Rehabilitasi Satwa IAR Ciapus, ke kandang habituasi di Talang Randai, kawasan Hutan Lindung Batutegi, Lampung. Kukang-kukang ini berasal dari penyitaan satwa di Jawa Timur, juga Jakarta.
Berdasarkan survei keanekaragaman hayati yang dilakukan oleh YIARI pada tahun 2009 dan 2010, Batutegi ditetapkan menjadi lokasi pelepasliaran karena dinilai masih memiliki kekayaan alam serta kelayakan yang cukup tinggi untuk melepasliarkan satwa yang masuk ke dalam daftar Red List IUCN dengan status rentan ini.
Setelah melalui proses rehabilitasi selama satu hingga tiga tahun, “Biasanya kukang akan ditempatkan di kandang habituasi selama sebulan, nanti baru dilepasliarkan ke kawasan satu per satu secara bertahap,” ujar Robi Huda, Koordinator Survei Release & Monitoring YIARI.
Pada awal pelepasliaran, proses monitoring akan dilakukan dengan menggunakan radio collar selama enam bulan hingga setahun, tergantung tingkat keberhasilan kukang dalam bertahan hidup di alam. “Beberapa faktor yang mempengaruhi monitoring adalah ketersediaan pakan, juga adanya predator. Kadang, kukang masih juga pindah ke kampung untuk mencari makan,” ungkap Robi.
Dalam kegiatan perdagangan, biasanya gigi kukang dipotong agar tidak membahayakan pembelinya. Apa yang dilakukan agar kukang bisa makan dengan normal di alam liar?
“Kukang ini ditambal dan dibentuk lagi giginya, seperti manusia. Namun berhasil tidaknya si kukang bertahan di alam, belum terbukti, karena ia baru melalui proses rehabilitasi selama beberapa bulan,” ungkap Robi. Akan makan waktu hingga hitungan tahun sebelum akhirnya kukang bergigi palsu ini akan dinyatakan layak untuk dilepaskan kembali ke habitatnya, tergantung dari kemampuannya untuk bertahan hidup di alam.
Simak kisah lengkap pergulatan kukang dengan manusia dalam National Geographic Indonesia edisi Desember 2011, klik di sini
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR