2004 silam, NASA mengirimkan dua robotnya, Spirit dan Opportunity untuk mengeksplorasi Mars. Perjalanan Spirit mencari bukti adanya air di sini sempat membuat gusar penelitinya. Tapi pada akhirnya, bukti itu pun ditemukan.
Tetapi sesungguhnya Opportunity berhasil melengkahi Spirit dengan penemuan yang lebih baik beberapa bulan sebelumnya. Para ilmuwan di dalam misi ini telah memilihkan lokasi pendaratan untuk Opportunity, yaitu di sebuah dataran pada garis ekuator yang sangat rata dikenal sebagai Meridiani Planum.
Ini dikarenakan pesawat luar angkasa yang selama ini mengorbit di tempat tersebut telah mendeteksi tanda infra merah dari batuan hematit berwarna abu-abu di atas sebidang kecil tanah dari permukaan selebar ratusan kilometer. Ketika mendarat, Opportunity terpental 200 meter melintas di dekat daerah yang nyaris tak memiliki formasi batu, kawah dan lainnya. Lalu menjatuhkan diri - secara kebetulan - ke dalam kawah kecil selebar 20 meter.
Sekitar sembilan meter di sepanjang lingkaran kawah yang kemudian disebut Kawah Eagle ini adalah sebuah daerah batuan dasar berwarna pucat yang terbuka. Setelah bergerak perlahan melewati daerah batu berwana pucat tersebut, robot penjelajah pun mulai menggerus pemukaannya.
Lalu dia memindai bebatuan yang baru saja digerus untuk mengidentifikasi komposisi mineral serta kimia. Batuan itu diteliti dengan cermat memakai kamera multiple termasuk kamera mikroskop. Hasilnya, adalah sebuah tempat yang penuh dengan bukti-bukti bahwa sudut planet ini pernah dipenuhi dengan air.
Batuan berpori kaya akan mineral penyimpan air: magnesium sulfat (MgSO4) yang serupa dengan garam Epsom biasa, bromida, klorida dan senyawa-senyawa kimia yang kaya besi.Para ilmuwan menyimpulkan, semua mineral ini ditinggalkan saat air tanah asin merembes melalui pasir dan batuan berpori.
Yang paling hebat adalah sebuah batuan dasar sepanjang 30 sentimeter yang disebut Last Chance. Tak meragukan lagi menggambarkan lapisan-lapisan bergaris. Para ahli sedimentologi dalam tim ini pun bersorak gembira: “Silang siur (struktur sedimen yang saling silang siur/Crossbedding)!”
Struktur ini dapat terbentuk ketika air yang mengalir mendorong riak air secara berturut-berturut melalui bagian bawah yang berpasir, dan membentuk sebuah pola yang terkubur dan diawetkan oleh proses sedimentasi kemudian.
“Anda bisa pergi ke pantai terdekat atau pinggiran sungai dan menggali pasir atau tanah di sekitarnya. Anda juga akan menemukan struktur yang sama,” ujar Dave Rubin, seorang ahli sedimentologi dari USGS.
Pada bulan-bulan berkutnya, Opportunity menemukan sedimentasi yang dibentuk atau diubah oleh air di berbagai bagian lokasi pendaratannya, terutama di kawah Endurance dengan sedimentasi setebal sembilan meter.
Kemudian, di kawah Eagle, Opportunity menemukan jenis daerah bebatuan dengan warna pucat yang sama bersama dengan sejumlah bukti bahwa semuanya dibentuk oleh air. Apabila keseluruhan daerah berbatu memang pernah terdiri dari air, menurut kalkulasi Hynek, daerah basah sekarang ini seharusnya sudah sebesar Laut Baltik di Bumi.
Simak juga Curiosity si penjelajah Mars yang dibahas dalam National Geographic Indonesia edisi Juli 2013 di tautan ini. Sedangkan kisah lengkap mengenai misi Spirit dan Opportunity ini pernah dituangkan dalam National Geographic Indonesia edisi Juli 2005.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR