Serbuk sari adalah sperma tumbuhan—dua sperma per butir—berselubung dinding tunggal biasanya berwarna keemasan, yang melindungi dan membuatnya bergerak.
Jika jarak pemisah menjadi masalah dalam sejarah panjang tumbuhan, serbuk sari memecahkannya, melintasi jarak beberapa meter hingga lintas benua.
Penyerbukan antara tumbuhan yang berjauhan merupakan trik evolusi yang mengubah dunia. Kemungkinan berhasil masih kecil. Serbuk sari terjun ke embusan angin dengan harapan ada beberapa butir yang sampai ke tujuan.
Seiring waktu terciptalah cara lain. Kantong serbuk pecah dan melontarkan butir serbuk. Serbuk sari membentuk sayap seperti balon agar terbawa embusan angin. Tumbuhan mulai menghasilkan ribuan, jutaan, miliaran butir serbuk. Dibuat banyak agar kemungkinan berhasilnya lebih besar.
Target setiap butir serbuk yang jumlahnya miliaran itu adalah ovul (bakal biji) terbuka dari tumbuhan lain yang berspesies sama. Di ovul yang berisi sel telur, butir serbuk berusaha membuat tabung untuk menghubungkan sperma dan telur. Jika serbuk sari mendarat pada tumbuhan spesies lain atau telah terlalu lemah atau tua, tabungnya tak terbentuk. Namun, keberhasilan sering pula terjadi.
Setelah itu salah satu dari dua sperma itu, yang terpilih, memasuki tabung dan melakukan pembuahan. Biji yang hidup pun berkembang. Keberadaan demikian banyak tumbuhan merupakan bukti suksesnya peristiwa intim yang kecil sekali kemungkinan berhasilnya ini.
Cerita terbaru tentang riwayat serbuk sari tidak terekam oleh keberhasilan, tetapi oleh kegagalan. Udara, sebersih apa pun, dipenuhi serbuk sari gagal yang terbawa pusaran angin.
Miliaran butir serbuk sari sampai ke stratosfer. Bahkan saat ini, saat Anda membaca, beberapa butir mungkin jatuh ke tangan atau muka, atau ke kucing Anda.
Serbuk sari mengendap dan membentuk sedimen, lapis demi lapis terutama di dasar danau atau kolam. Dalam lapisan yang melapuk dengan lambat itu, serbuk sari menjadi buku sejarah yang bertahan jauh melebihi tumbuhan yang menghasilkannya.
Serbuk sari rumput dalam sedimen berarti ada padang rumput, serbuk sari pinus menandakan hutan pinus, dan seterusnya—kumpulan data terperinci diungkap dari dalam lumpur. Ahli palinologi mengambil sampel endapan lapisan dasar danau untuk memeriksa perubahan tanaman dari satu lapisan ke lapisan berikutnya.
Secara keseluruhan, riwayat kehidupan tumbuhan yang berubah itu dapat berlangsung selama ribuan tahun atau lebih. Para ilmuwan yang mempelajari serbuk sari dalam sampel inti melihat perubahan dalam frekuensi kebakaran, penyusutan dan penyebaran spesies bersamaan dengan proses terbentuknya gletser.
Namun, berkembangnya pertanian, serbuk sari pohon makin sedikit dari tahun ke tahun, sementara serbuk sari serealia dan gulma semakin banyak. Sementara kita mengubah iklim bumi, spesies yang telah lama beradaptasi dengan dingin akan semakin langka dan serbuk sari pendatang baru dari wilayah yang lebih hangat akan meningkat.
(Feature mengenai serbuk sari ini merupakan penggalan dari artikel Benih-Benih Asmara yang terbit dalam National Geographic Indonesia edisi Desember 2009)
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR