Rencana pengelolaan sumber energi panas bumi di Gunung Ciremai, Kuningan, Jawa Barat oleh perusahaan Chevron Geothermal Indonesia (CGI) mendapat tentangan dari sebagian warga lokal.
Alasannya, warga khawatir eksplorasi panas bumi bakal memicu kerusakan lingkungan, seperti sumber daya air. Zakiyal Fuad, selaku Koordinator Gerakan Massa dan Pemuda untuk Rakyat Kuningan, Senin (22/7), mengatakan, sosialisasi rencana eksplorasi di kawasan gunung tersebut belum dilakukan. Termasuk sosialisasi risiko lingkungan sebagai akibat eksplorasi yang bisa berdampak langsung pada masyarakat.
"Risiko yang kami khawatirkan terutama adalah hilangnya sumber mata air, karena pengambilan panas bumi ini banyak menyedot sumber air. Selain itu daerah pengeborannya sangat luas, tak mungkin mengungsikan semua warga," tutur Fuad.
Tercatat lima desa di kaki Gunung Ciremai yang akan terkena proyek CGI, yaitu Desa Pajambon, Sukamukti, Cisantana, Gunung Keling, dan Babakan Mulya. Luas daerah pengeboran mencapai sepuluh kilometer persegi.
"Kami setuju panas bumi dikelola untuk kesejahteraan warga," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kuningan Dian Rahmat Yanuar. Yanuar mengungkap, CGI memenangkan tender di tingkat pusat pada 2012 lalu dan beroleh wilayah kerja pembangkit listrik panas bumi Gunung Ciremai, Provinsi Jawa Barat.
CGI merencanakan untuk membangun pembangkit listrik tenaga panas bumi berkapasitas 2x55 megawatt. Direktur Utama CGI Paul Mustakim menyatakan bahwa pihaknya saat ini masih menunggu izin dari pemda untuk pelaksanaan proyek.
"Jadi kami belum melakukan kegiatan fisik di lapangan prospek Ciremai. Memang belum sosialisasi apalagi masuk ke lokasi. Kami masih teliti potensi dan keekonomiannya lebih lanjut," ujar Mustakim.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR