Julijonas Urbonas, seorang artis, penulis, juga teknisi berkebangsaan Lituania, menciptakan rancangan roller coaster yang didesain untuk membunuh penumpangnya sebagai bagian dari riset penelitian untuk mendapatkan gelar PhD di Royal College of Art, Inggris. Bagaimana proses kematian itu terjadi? Berikut adalah pemaparannya.
Penumpang akan duduk dan menggunakan alat pantau kesehatan di tubuhnya. Dalam perjalanan naik menuju ujung menara roller coaster setinggi 500 meter, ia diharapkan memiliki cukup waktu untuk melakukan retrospeksi diri selama masa hidupnya, sambil memperhatikan benda-benda di atas tanah tampak semakin mengecil dan merasakan kereta membawanya ke atas, detik demi detik.
Setelah melewati puncak, penumpang akan merinding, menikmati embusan angin, napasnya tertahan, serta mengalami vertigo. Serangkaian pengalaman yang menurut Urbonas layaknya anastesi yang menyenangkan, mengantarkan penumpang ke bagian mematikan dari permainan ini.
Selanjutnya penumpang membutuhkan usaha lebih berat untuk bernapas, karena tulang iga dan sisa organ dalam lainnya tertarik ke bawah, mengosongkan udara dari paru-parunya. Dalam tahap ini, bisa saja penumpang sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri karena gaya ini mengakibatkan darah mengalir ke ujung-ujung tubuh, dan otak pun kekurangan oksigen.
Jika penumpang masih sadar juga, maka ia akan mengalami keterbatasan penglihatan, termasuk disorientasi, kesenangan, kebingungan, dan yang paling penting: euforia. Pada puncaknya tubuh tak lagi bisa dirasakan dan orang akan mengalami mimpi yang aneh, dan tak lagi mengenali diri sendiri.
Sisa perjalanan terakhir yang terdiri dari enam atau lima putaran memastikan bahwa otak benar-benar mengalami kekurangan oksigen, dan akhirnya tak berfungsi lagi. Urbonas mengalami banyak tanggapan akan rancangannya ini. Mulai dari orang-orang yang setuju untuk melakukan eutanasia saat penyakit fatal mendera mereka, hingga orang yang skeptis karena tak yakin apakah roller coaster ini akan benar-benar menimbulkan perasaan menyenangkan sebelum ajal menjemput.
Beradaptasi dengan Zaman, Tokoh Pemuda Wewo Sadar Kebutuhan Energi Ramah Lingkungan
Penulis | : | |
Editor | : | Yoga Hastyadi Widiartanto |
KOMENTAR