Disebutkan sebelumnya tiga dari enam mitos mengenai perempuan dan ilmu pengetahuan. Berikut tiga mitos lainnya yang dapat mengekang kebebasan kaum Hawa mendapat akses pengetahuan sama seperti kaum Adam.
Tidak ada yang bisa dilakukan
Mitos: Ketika anak perempuannya tidak tertarik pada ilmu pengetahuan, orangtua tidak bisa berbuat banyak untuk memotivasi mereka.
Realita: Dukungan dari orangtua dan guru telah terbukti menjadi faktor penting bagi perempuan untuk tertarik pada bidang ilmu pengetahuan, teknologi, teknik dan matematika. Membuat perempuan sadar akan ketersediaan karir pada bidang ilmu pengetahuan dan teknik dan kaitannya dengan pekerjaan dalam masyarakat untuk menarik lebih banyak perempuan berkarier di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
(Baca: Perempuan di Balik Logo Android)
Perempuan harus tenggelam atau berenang
Mitos: At the college level, changing the STEM curriculum runs the risk of watering down important "sink or swim" coursework.
Realitas: Mental yang kuat dibutuhkan untuk menyingkirkan siswa yang lemah di jurusannya terutama dalam disiplin ilmu yang menenkankan kuantitatif, di mana perempuan secara tidak proporsional akan keluar dengan sendirinya.
Hal ini tidak selalu dikarenakan perempuan yang gagal. Karena wanita sering menganggap nilai "B" sebagai nilai yang tidak memadai dan drop out sementara ketika laki-laki mendapat nilai "C" ia akan tetap bertahan di dalam kelas.
Pendampingan dan sosialisasi program dipersiapkan bagi siswa untuk menantang tugas kursus yang dapat menangkal kesenjangan gender ini. Mengubah kurikulum sering mengarah ke perekrutan dan retensi wanita dan pria dalam kelas induk dan jurusan yang lebih baik.
Faktor bawaan
Mitos: Minat perempuan yang rendah dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, teknik, dan matematika sering diklaim bahwa wanita terlahir memang menjadi manusia kurang beruntung. Perempuan, misalnya, dikatakan buruk pada penalaran spasial daripada laki-laki, di antara kelemahan lainnya yang dimiliki perempuan.
Realita: Meskipun perbedaan gender sering muncul pada tes standar, itu bukan berarti faktor bawaan. Kemampuan spasial kesenjangan, misalnya, menghilang dalam budaya di mana perempuan mendominasi dan lebih kuat dalam sebuah budaya patriarki. Itu menandakan pendidikan, pengalaman, dan dorongan dari orang tua membantu membentuk perbedaan yang sering diberi label bawaan.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR