Para peneliti menambahkan, analisis tersebut menandai pertama kalinya para peneliti mempelajari genom manusia purba di Wallacea. Analisis genetiknya telah mengungkapkan bahwa wanita purba itu sama-sama berkerabat dengan Aborigin Australia dan Papua saat ini. "Namun, garis keturunan khususnya memisahkan diri dari populasi ini pada titik awal waktu," kata Brumm.
Kendati demikian, dalam laporan penelitiannya, peneliti juga diungkapkan bahwa garis keturunan wanita ini sepertinya tidak ada lagi saat ini. Itu membuatnya menjadi garis keturunan manusia yang berbeda yang sebelumnya tidak diketahui.
Dengan kata lain, kata Brumm, wanita Toalean kuno ini memiliki genom yang tidak sama seperti orang atau kelompok modern mana pun yang diketahui dari masa lalu. Itu berarti, para peneliti tidak menemukan bukti bahwa orang-orang modern Sulawesi adalah keturunan dari pemburu-pengumpul Toalean, setidaknya berdasarkan genom wanita ini.
Baca Juga: Lukisan Cadas 45.500 Tahun Asal Sulawesi Jadi Temuan Tertua di Dunia
"Mungkin wanita Toalean ini membawa nenek moyang lokal dari orang-orang kuno yang tinggal di Sulawesi sebelum Australia dan pulau-pulau sekitarnya dihuni," kata para peneliti.
Tucci mengatakan, dari analisis tersebut, para peneliti telah belajar bahwa adalah populasi yang sebelumnya tidak dikenal yang bermigrasi ke seluruh wilayah ini. Mungkin pada waktu yang hampir bersamaan dengan nenek moyang populasi saat ini di Papua atau Australia.
Meskipun garis keturunan wanita ini menghilang, semua populasi ini hidup berdampingan sampai relatif baru-baru ini, yang membuka banyak pertanyaan tentang interaksi populasi dari genetik tetapi juga dari perspektif budaya. "Secara keseluruhan, penelitian ini sangat menarik dan memesona," kata Tucci.
Penelitian arkeologi di Leang Panninge merupakan kerja sama antara Griffith University dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (ARKENAS), dan Balai Arkeologi Makassar. Beberapa penelitinya merupakan mahasiswa PhD Griffith University, yakni Basran Burhan, Adhi Agus Oktaviana, David McGahan, Yinika Perston, dan Kim Newman.
Baca Juga: Gambar Cadas Purbakala di Sulawesi Terancam Rusak oleh Perubahan Iklim
Source | : | Nature,Live Science,Griffith University |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR