"Ajari aku cara mengemudi."
Di sebagian besar belahan dunia, permintaan tersebut bukanlah sesuatu yang luar biasa. Namun, berbeda halnya jika pesan tersebut datang dari seorang wanita Arab Saudi, yang sedang memimpikan datangnya hari saat mereka dapat duduk nyaman di kursi pengemudi tanpa dihukum.
"Aku tidak bisa pergi ke mana pun tanpa memohon kepada beberapa anggota keluarga laki-laki untuk mengantarku ke luar, meski jaraknya hanya beberapa blok dari rumah," kata seorang ibu tiga anak.
Seluruh perempuan di Arab Saudi memang tidak diizinkan mengemudikan mobil. Perempuan tidak pernah mendapatkan izin untuk menyetir di negara kerajaan konservatif tersebut. Hanya wanita badui yang tinggal di desa terpencil dan beberapa wanita ekspatriat yang tinggal di perumahan yang diketahui mengemudikan mobil dalam jarak terbatas di area rumah mereka saja.
Para wanita Arab sebenarnya telah muak dengan larangan de facto tanpa landasan hukum tersebut. Hukum syariat Islam mengatakan tidak ada larangan bagi pengemudi perempuan. Alih-alih, larangan tersebut merupakan produk konservatif Arab Saudi yang selama ini didominasi oleh pria.
Pada zaman Nabi Muhammad, lebih dari 1.400 tahun yang lalu, wanita mengendarai unta dan kuda bersama Nabi dan rombongannya. Beberapa bahkan ikut bergabung dalam pertempuran dan berjuang dengan pedang di samping laki-laki. Namun, pada zaman modern Arab Saudi, alat transportasi unta telah digantikan dengan mobil untuk membantu mobilitas mereka.
Jika keluarga Anda tidak mampu untuk menyewa seorang sopir, di mana rata-rata keluarga Saudi tidak mampu membayar biaya hingga 2.000 riyal atau sekitar Rp5,9 juta per bulan, wanita akan terjebak di dalam rumah, menunggu beberapa anggota keluarga laki-laki untuk membawa mereka keluar rumah.
Untuk melawan peraturan tersebut, sebagian besar perempuan Arab bergabung melakukan aksi protes pada Sabtu (26/10). Gerakan ini diharapkan dapat menarik lebih banyak pengemudi perempuan ke jalan untuk melakukan unjuk rasa damai melawan larangan menyetir bagi perempuan.
Hukum Sosial
Protes pada 26 Oktober merupakan protes ketiga. Sebelumnya, pada 1990 dan 2011 pernah dilakukan unjuk rasa melawan larangan menyetir bagi perempuan. Para perempuan yang berani melakukan unjuk rasa dan tertangkap oleh polisi didenda kemudian dipenjara, sementara yang lainnya kehilangan pekerjaan dan status mereka dalam masyarakat. Mereka dilarang bepergian dan dijauhi oleh para tokoh agama di kerajaan.
"Saya langsung dipecat dari pekerjaan saya ketika bos saya tahu saya melanggar larangan mengemudi dan mengendarai mobil saya," kata Madeha Al Ajroush, seorang psikoterapis Saudi dan fotografer yang memiliki lisensi mengemudi Amerika yang ikut mengambil bagian dalam kedua protes sebelumnya.
"Kami perempuan dipermalukan, diancam, dan terus diperlakukan seperti makhluk rendah. Perjuangan untuk hak-hak perempuan secara historis tidak pernah mudah, jadi kami tidak berharap mendapatkan tujuan kami namun demikian sangat penting untuk memperjuangkannya," tambahnya.
Beberapa wanita ikut melawan larangan tersebut melalui media sosial dengan mengunduh video mereka yang sedang menyetir mobil di jalan-jalan utama kota besar di Arab Saudi ke dalam Youtube dan Twitter. "Mengemudi adalah hak sosial," kata para perempuan Arab Saudi. Pernyataan tersebut juga ikut didukung oleh kaum Adam. Mereka ingin masalah ini selesai tahun ini.
Titik Terang
Terlihat sinyal terang ketika Raja Abdullah baru-baru ini telah menunjuk perempuan menjadi Dewan Penasehat Syariah untuk pertama kalinya, dan pada bulan ini tiga wanita tersebut memperkenalkan rekomendasi untuk mencabut larangan mengemudi. Namun, anggota Dewan lainnya menolak untuk membahas rekomendasi lebih lanjut.
!break!
Mengemudi, membahayakan ovarium?
Meskipun minimnya landasan Islam untuk larangan mengemudi bagi perempuan, beberapa ulama agama terus berusaha menghalangi perempuan mengemudikan kendaraan. Deklarasi terbaru dari seorang syekh yang mencatat bahaya kerusakan ovariam menjadi salah satu alasan untuk menghindari mengemudi bagi seorang perempuan.
Sheikh Saleh Al Lohaidan memperingatkan perempuan melalui laman Sabq.org, " ilmu fisiologi " telah menunjukkan bahwa mengemudi secara otomatis memengaruhi ovarium dan mendorong naik panggul. Itulah sebabnya anak yang lahir dari kebanyakan rahim wanita yang mengemudikan kendaraan menderita gangguan klinis dengan tingkatan yang bervariasi.
Mengemudi saat kondisi darurat
Banyak wanita di Arab Saudi menghadapi keadaan darurat ketika tidak ada orang di sekitar untuk menjalankan tugas mengemudi. Dalam kasus saya, ketika adik saya sedang mengalami kesulitan bernapas di kompleks perumahan kami di Jeddah. Waktu itu hari Jumat, akhir pekan, dan ayah saya sedang dalam perjalanan bisnis.
Saya mengubungi dokter di klinik, namun kami tidak bisa menemukannya. Saya tidak bisa menggambarkan kepanikan yang dialami ibu saya sambil mencengkeram adik saya, dan berlari dari pintu ke pintu berusaha untuk menemukan seorang tetangga pria. Saat itu sebagian besar pria sedang berada di luar rumah. Situasi tersebut menghantui saya sampai hari ini. Berkat keberanian perempuan Saudi dan beberapa pria Saudi, ada harapan bahwa ini akan segera berubah.
Peneliti BRIN dan Inggris Berkolaborasi Mengatasi Permasalahan Sampah Plastik di Indonesia
Penulis | : | |
Editor | : | Andri Donnal Putera |
KOMENTAR